Skip to main content

Entri yang Diunggulkan

PERSEPSI SUSAHNYA JADI PEREMPUAN DI DUNIA YANG IDEAL DAN BUDAYA PATRIARKI II Tinta Peradaban

  Oleh : Dude Ada banyak forum intelektual yang membahas mengenai tentang perempuan tak jarang dan tak sedikit orang memberikan cara pandang-nya yang khas dengan didasarkan pengalaman, agama, budaya, data, fakta yang ada, dan lain sebagainya. Sebagian perempuan meneriakan kata emansipasi wanita dan biasanya orang demikian memiliki background pendidikan, lingkungan yang mendukung serta letak geografinya didaerah perkotaan. Bukan tanpa alasan teriakan emansipasi wanita dilakukan melainkan sebuah keadilan yang seharusnya didapatkan oleh seorang wanita telah dihilangkan, merasa terkekang, tidak punya ruang, times yang sempit,dan lain sebagainya. Kesetaraan    antara    laki-laki    dan    perempuan    dalam    berbagai    dimensi kehidupan adalah impian   perempuan. Perempuan ialah hak. Perempuan memiliki hak   untuk   melakukan juga apa   yang   dilakukan   laki-laki.   Perempuan   adalah sebuah     kebebasan     yang     selalu     diperjuangkan      karena     dianggap     masih te

PERSEPSI SUSAHNYA JADI PEREMPUAN DI DUNIA YANG IDEAL DAN BUDAYA PATRIARKI II Tinta Peradaban

 

Oleh : Dude

Ada banyak forum intelektual yang membahas mengenai tentang perempuan tak jarang dan tak sedikit orang memberikan cara pandang-nya yang khas dengan didasarkan pengalaman, agama, budaya, data, fakta yang ada, dan lain sebagainya. Sebagian perempuan meneriakan kata emansipasi wanita dan biasanya orang demikian memiliki background pendidikan, lingkungan yang mendukung serta letak geografinya didaerah perkotaan.

Bukan tanpa alasan teriakan emansipasi wanita dilakukan melainkan sebuah keadilan yang seharusnya didapatkan oleh seorang wanita telah dihilangkan, merasa terkekang, tidak punya ruang, times yang sempit,dan lain sebagainya. Kesetaraan   antara   laki-laki   dan   perempuan   dalam   berbagai   dimensi kehidupan adalah impian  perempuan. Perempuan ialah hak. Perempuan memiliki hak  untuk  melakukan juga apa  yang  dilakukan  laki-laki.  Perempuan  adalah sebuah    kebebasan    yang    selalu    diperjuangkan    karena    dianggap    masih terpenjarakan.

Ada banyak statement yang dikeluarkan tentang wanita bahwa, menjadi seorang wanita tidaklah gampang; dalam rumah tangga harus ngurus istri dan anak, masak, mencuci, menyapu, berdandan sambil menunggu kepulangan suami, memenuhi dan melayani kebutuhan suami, serta bergelut dengan deadline yang tiada akhir. Di masyarakat kesempatan untuk menjadi orang terdepan tertinggal, mendahului laki-laki dalam berbicara dianggap tidak sopan dan masih banyak hal lain yang ditemukan di lingkungan masyarakat.

Kecantian menjadi indikator value positif sebagai perempuan, harus memiliki body yang sesuai dan dapat dilihat dengan menarik, sopan santun juga menjadi dalil baik buruknya seorang perempuan. Sehingga dengan demikian terbangunlah suatu persepsi yang membentuk bahwa kecantikan perempuan adalah hal yang harus ada dan melekat pada diri seorang perempuan, begitu susahnya menjadi seorang wanita disaat para pria menyukai dengan estetika yang instan. Realita begitu kejam harus memosisikan Wanita yang begitu bias. Sedangkan laki-laki sendiri?

Stigma terhadap perempuan mengenai usia menjadi pusat perhatian, ungkapan “jangan telalu sibuk kerja nanti lupa dengan jodoh menjadi kebiasaan yang sering ditemukan, jangan terlalu mencari orang yang mapan sebagai wanita karena biar bagaimana pun laki-laki adalah kepala keluarga yang akan memutuskan dan menetapkan apa yang menjadi perselisihan diantara keduanya. Tuntutan per tuntutan begitu dipusatkan dengan penuh kepada perempuan. Usia diatas 30 akan menjadi bahan omongan dimasyarakat, kenapa belum menikah, akan menjadi perawan tua, tidak menarik, terlalu banyak berpikir, sedangkan laki-laki usia yang seperti itu akan menjadi biasa saja.

Uraian-uraian diatas merupakan hal-hal negative yang terjadi disebagian kalangan masyarakat di Indonesia yang memarginalkan perempuan. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada hal- hal yang Sebagian kita juga harus tau dan mengerti dengan menjawab beberapa pertanyaan:

1.     Apakah kebebasan (emansipasi) itu akan diteriakan kepada wilayah yang memang sudah patriarki?

2. Mana yang akan di didahulukan kelestarian kebudayaannya (patriarki) atau emansipasi ? mungkinkah bisa dimodifikasi untuk tetap bisa berjalan tanpa mengesampilkan salah satunya?

3.  Bagaimana dengan daerah yang sudah terbiasa dengan keadaan itu dan dianggap itu sebagai hal yang baik dan mereka menerima ? bahkan dapat menimbulkan perselisihan hanya karena hal tersebut!

4.      Relevankan teriakan itu dipelosok-pelosok negeri yang memang dianggap hal yang biasa?

5.      Bukankah kebebasan hanya akan diteriakan kepada mereka yang mengingikannya?

Berdasarkan uraian pertanyaan diatas bisa dilihat bahwa ada pertentangan persepsi terhadap kebebasan yang ideal dan patriarki. Penulis setuju jika perempuan memiliki sifat emansipasi dalam arti tidak melupakan bahwa dia adalah seorang perempuan. Dia boleh bekerja atau menyalurkan bakat yang dia punya, dia boleh menyalurkan kemampuannya untuk kebermanfaatan di masyarakat, dia boleh bebas tetapi dia harus tau dengan nilai-nilai yang mengikat kepada dirinya sebagai seorang perempuan baik itu norma agama,masyarakat maupun yang lainnya baik statusnya sudah berumah tangga maupun belum. Bagi penulis hal itu bukan stereotype melainkan siklus dari perjalanan hidup sebagai balancing kesetaraan, kebebasan yang didasarkan kata “tapi” juga boleh melekat dengan laki-laki sebagai bentuk upaya yang dilakukan dalam meminimalisir persepsi kebebasan yang tidak beraturan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa ada kegugupan dan ketakutan dari sebagian laki-laki tentang kebebasan yang akan diberikan kepada perempuan, stigma tentang pengambilan alih status kepala keluarga atau pemimpin lebih besar, menghargai laki-laki akan semakin dikesampingkan, gaji yang diperoleh akan lebih banyak perempuan sehingga potensi merendahkan kepada kaum Adam akan menjadi-jadi. Muncul sebuah slogan dari perempuan bahwa “gajimu adalah gajiku dan gajiku tetap gajiku”. Bagaimana menurut pembacan?

Bagi penulis ada nilai positif yang bisa di dapatkan oleh seorang perempuan dengan emansipasi tersebut dengan catatan yang telah di uraikan di atas. Dengan emansipasi itu laki-laki tidak semena-mena memperlakukan perempuan seperti orang yang tidak berdaya, laki-laki juga akan berhati-hati atau lebih menghargai sebagai seorang perempuan, tidak seperti yang terjadi di sebagian pelosok daerah ; laki-laki sesuka hati memukul,memaki,memarahi, meludahi, merampas hal yang seharusnya dilakukan perempuan dalam rumah tangga, hanya karena perempuan tidak bisa berkarya, tidak punya penghasilan hanya diberikan tanggung jawab sumur, dapur, Kasur. Perempuan hanya bisa berdalil “mau kemana lagi saya tidak punya apa-apa dan siapa-siapa, dia yang mencari nafkah dan menafkahi. Sehingga bisa dibaca bahwa teriakan untuk bersikap ideal seorang wanita telah terkungkung dan tenggelam karena rasa takut yang mendalam tentang kehidupannya terlebih lagi sudah memiliki anak tentu akan lebih rumit lagi.

Idealnya emansipasi wanita itu boleh-boleh saja dan tidak semestinya membatasi perempuan dengan alasan yang hanya mendahulukan ego laki-laki, perempuan harus diberikan peran yang dia sanggupi, karena memang dengan keadaan tertentu perempuan tidak bisa menjadi orang terdepan ketika keadaan sedang genting. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Denny Sumargo dalam acara narasi Najwa Sihab yang berjudul “susahnya jadi perempuan” ia menuturkan bahwa “ada satu kondisi yang memang perempuan harus mengambil sebuah kepemimpinan dari sebuah sikap tapi tidak mungkin dari sebuah sikap itu datang ketika ada perampok masuk kedalam rumah, kepemimpinan kan harus diambil alih oleh orang yang secara fisikly dia punya kekuatan”. Bisa dicermati bahwa memang pada dasarnya antara perempuan dan laki laki memiliki perbedaan yang cukup jauh, sebagaimana yang disampaikan oleh Anang Hermansya diawal diskusi acara Narasi Najwa Shihab tentang susahnya jadi perempuan bahwa “perempuan dan laki-laki itu memang pada dasarnya berbeda jadi tidak perlu didiskusikan lagi”.

Oleh karena itu sebagai pembaca yang bijak tentu harus mengerti bahwa dalam pengambilan peran, perempuan juga harus diberikan ruang yang seluas-luasnya dan semegah-megahnya, selogis-logisnya dan sekurang-kurangnya ego, sepantasnya dan sepatutnya. Walaupun memang agak sulit untuk dibiasakan dengan catatan-catatan yang bisa dipertimbangkan sebagai bentuk kata emansipasi di dalam masyarakat yang patriarchy dengan ketidak seimbangan akal sehal.

SEMOGA BERMANFAAT!. Jika ada saran dan kritikan silahkan kirimkan di kolom komentar. Salam cahaya akal

Comments

Popular posts from this blog

SARJANA BERJIWA IBLIS ?

Oleh : Dude Sahabat yang memiliki cahaya akal sehat. Apa yang anda fikirkan tentang judul diatas? Apakah anda sudah ada bayangan dengan uraian dari tema diatas? Apakah anda penasaran dengan kalimat di atas? Apakah anda bertanya-tanya akan diarahkan kemana kalimat diatas? ataukah anda bertanya tentang hubungan antara sarjana dan iblis?,Dalam kesempatan ini penulis akan lebih jauh lagi mengajak para pembaca untuk memahami eksistensi sarjana. Tapi Sebelum diuraikan lebih jauh lagi, penulis selalu mengingatkan agar Cahaya akalnya selalu di aktifkan biar tidak baper apalagi sensitive,, “Seluk beluk status sarjana” Sarjana adalah orang yang telah menyelesaikan studi Pendidikan-nya level strata satu(S1). Atau singkatnya adalah sarjana adalah mantan mahasiswa. Sebelum kearah sarjana kita mesti kenal dan harus paham lebih dalam tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, atau singkatnya penulis menyebutnya mahasiswa adalah “kakak

JANGAN KELIRU TENTANG ADAB DAN AKHLAK

Gambar. Adab murid terhadap Guru Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kalimat adab dan akhlak. ada juga kata lain  yang sering di lontarkan oleh orang-orang misalnya kata moral, tata krama, sopan santun, etika. Kalimat itu paling seing di dengar di kalangan akademisi, komunitas dan di kalangan masyarakat. Tapi pertanyaan standarnya adalah apakah pengertian dari kata diatas?, sudah benarkah menempatkan kata diatas buat orang lain?, seperti apa ukuran standar hingga di sebut kata diatas?, atau hanya sekedar memakai saja kata diatas untuk terlihat sempurna ketika berbecara di depan public?. Pada kesempatan ini penulis akan sharing tentang materi di atas berdasarkan paparan dari Ust. Dr. Bambang Wahrudin, M.Pd dalam suatu kajian yang di laksankan oleh Komunitas Sang Musafir sekaligus di moderatori oleh seorang kader tulen Bernama Ariani. Gambar 2. Penjelasan Adab, Akhlak, Etika, Sopan Santu, Moralitas, Adat Istiadat Dalam kesempatannya sebelum memberikan lebih jauh tentang ma

ADA APA DENGAN KONDISI WANITA DI KOMUNITAS?

Oleh : Dude ADA APA DENGAN KONDISI - WANITA DI KOMUNITAS?  Perlu di catat bahwa Wanita itu indah dengan segala perlengkapan yang Tuhan telah siapkan untuknya. Wanita di ciptakan bukan karena tanpa alasan melainkan dari banyaknya alasan tersebut adalah sebagai pendamping yang mampu memberikan ketenangan dalam diri kaum Adam. Sejarah telah merekam bagaimana seorang Wanita yang masuk islam pertama kali yaitu Khdijah Radiyallahu Anha yang menemani dan membantu jalannya Nabi hingga pada tahap yang di ridhoi Allah yaitu tersebarnya agama islam sampai kepenjuru dunia hingga sekarang telah di nikmati indahnya islam. Banyak dari kita hanya karena memiliki cara berpikir yang tidak seimbang membuat Wanita mengalami subordinasi apalagi dalam suatu perkumpulan misalnya adalah Komunitas. Orang telah berusaha berbagai cara untuk mengulangi masa jahilianya yang mana Wanita tidak di berikan kebebasa, sebagai pelampiasan hawa nafsu kau madam, tidak memiliki haq, mereka yang dangkal akan cara berpikir