Skip to main content

Entri yang Diunggulkan

PERSEPSI SUSAHNYA JADI PEREMPUAN DI DUNIA YANG IDEAL DAN BUDAYA PATRIARKI II Tinta Peradaban

  Oleh : Dude Ada banyak forum intelektual yang membahas mengenai tentang perempuan tak jarang dan tak sedikit orang memberikan cara pandang-nya yang khas dengan didasarkan pengalaman, agama, budaya, data, fakta yang ada, dan lain sebagainya. Sebagian perempuan meneriakan kata emansipasi wanita dan biasanya orang demikian memiliki background pendidikan, lingkungan yang mendukung serta letak geografinya didaerah perkotaan. Bukan tanpa alasan teriakan emansipasi wanita dilakukan melainkan sebuah keadilan yang seharusnya didapatkan oleh seorang wanita telah dihilangkan, merasa terkekang, tidak punya ruang, times yang sempit,dan lain sebagainya. Kesetaraan    antara    laki-laki    dan    perempuan    dalam    berbagai    dimensi kehidupan adalah impian   perempuan. Perempuan ialah hak. Perempuan memiliki hak   untuk   melakukan juga apa   yang   dilakukan   laki-laki.   Perempuan   adalah sebuah     kebebasan     yang     selalu     diperjuangkan      karena     dianggap     masih te

KETEBALAN ISI AMPLOP MENJADI PORTAL DUDUK DI KURSI PEMERINTAHAN?! CERDAS, CERMAT DAN TEPAT MASYARAKAT MEMILIH DAN MEMILAH KETEBALAN ISI AMPLOP DIPESTA DEMOKRASI TAHUN 2024 II Tinta Peradaban

Penulis Dude


Pesta demokrasi adalah sebuah kompetisi yang dilakukan oleh para individu yang ingin maju di kursi pemerintahan. Sebuah usaha yang cukup serius untuk maju kedalam kursi pemerintahan, banyak para calon melakukan sebuah upaya demi terwujudnya keinginannya tanpa berpikir panjang lebar kedepannya.

Tulisan ini tidak cukup hanya dibaca. Perlu dikaji kata-katanya, diserap hikmahnya. Digali kekuatan tersembunyi-nya. Gunakan cahaya akal-nya untuk meledakan dan kebaharuan serta kemajuan masa depan bangsa. Saat membaca, hubungkan dengan wawasan dan pengalaman anda, hasilkan gagasan baru dan cemerlang, bangunkan jiwanya, gugah obsesinya. selamat membaca.

Ada banyak kisah dan cerita lucu dengan tingkah laku para calon demi terealisasinya Hasrat yang menggebu di kursi pemerintahan. Tak urung, barang dagangan mereka pun digadaikan demi menyokong dana mereka. Meskipun kemudian semuanya berhasil, berhasil dalam arti sesunggunya, serta berhasil dalam arti sukses membuat mereka stress karena gagal di kursi pemerintahan. Begitulah isi salah satu buku yang ditulis oleh Dj. Hartoyo yang berjudul “ Humor Pemilu

Pekik semangat para calon akan terus diperlihatkan kepada para masyarakat pada umumnya dengan beberapa hal yang biasanya dilakukan yakni :

1.        Tanam Jasa.

Tidak jarang kita temukan dikalangan masyarakat ketika tiba pesta demokrasi akan ada strategi yang sudah dibuat jauh sebelum pencoblosan yakni tanam jasa. Para calon akan berbondong-bondong mengingatkan memori masyarakat yang lalu bahwa ada banyak usaha dan bantuan yang dilakukan oleh paslon disaat kesusahan melekat pada masyarakat, akan banyak stimulus kembali yang dilakukan untuk merayu agar kedepannya bisa masuk ke kursi pemerintahan. Juga tidak sedikit orang yang bisa mengikuti apa yang disampaikan oleh para calon.

Penulis tidak menyalahkan hal demikian karena bagian dari strategi yang dilakukan, hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa pada umumnya walau tidak semua kita/akademis(kritis) tidak serta merta menyalahkan masyarakat jika hal itu terjadi. Why? Siapa sangka dan menjamin sebagian masyarakat yang dibantu sebelumnya akan bisa hidup tegak seperti yang dirasakan sekarang? Bisa jadi jika bukan demikian mereka akan jatuh tersungkur bahkan kesedihan akan mengiringi jalan hidupnya.

Kita tidak tau para calon yang melakukan demikian apakah wilayah etika(spiritual) tetap melekat pada jiwanya? Apakah mereka mengerti konsep kebaikan yang menghasilkan nilai yang abadi yakni pahala? Atau memang semuanya lupa yang penting kebaikan yang dilakukan harus dibalas juga ketika yang memberi(membantu) sudah memerlukannya (pesta demokrasi) demi terwujudnya keinginannya?

Bagi penulis masyarakat yang cerdas akan mengerti dan tau mana yang seharusnya ia pilih tanpa harus diajari atau diingatkan masa lalunya apalagi perihal bantu membantu. Memastikan boleh yang tidak tepat adalah mempengaruhi dengan memberikan dalil-dalil yang bisa berdampak pada psikis-nya karena harus berpikir Panjang dan banyak pertimbangan sehingga dengan demikian akan berakibat pada kesehatannya. 

2.        Kampanye

Prosesi ini juga tidak kalah pentingnya untuk dilakukan oleh orang-orang yang memperebutkan untuk duduk di kursi pemerintahan. Mereka rela melakukan berbagai macam upaya untuk mendapatkan simpatisan masyarakat. Mengeluarkan banyak biaya dengan mengadakan konser besar-besar-an, mengundang artis top papan atas dan jarang bahkan tidak ada ketika kampanye yang mengundang tokoh agama atau kaum intelektual untuk berdiskusi Panjang lebar di acara kampanye-nya, walaupun mungkin ada forum debat yang akan disediakan juga. Bisa kita lihat bagaimana kualitas masyarakat, hiburan diutamakan sedangkan proses untuk meningkatkan kualitas diri dalam menghadapi pesta demokrasi sangat jauh dari harapan.

Jika kita lihat pada umumnya kampanye yang terjadi bahwa masyarakat tentunya akan dibuat senang dan mungkin bangga dengan mendatangkan artis diwilayah masing-masing yang kemudian akan ada prosesi penyampaian visi-misinya. Penyampaian visi-misi inilah yang akan menjadi filter bagi masyarakat apakah yang disampaikan itu akan benar-benar direalisakan atau hanya sekedar janji saja, sehingga muncul istilah janji kampanye.

Istilah itu juga muncul bukan tanpa sebab melainkan masyarakat sudah sadar dan mengerti bahwa sebagian para calon hanya menginginkan suara dan lupa dengan yang disampaikan bukan menjadikan suara masyarakat sebagai usaha agar niat baik kedepannya terealisasikan dan karena kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga ungkapan itu dalam kehidupan sehari-hari selalu dipakai walau bukan pesta demokrasi disaat berdioalog dengan orang lain yang isi percakapannya mengenai masa depan. Lihatlah bagaimana efek dari janji yang disampaikan sehingga melekat dikehidupan sehari-hari. Penyakit semacam ini akan terus mengalir turun temurun jika tidak ada solusi yang diberikan, sehingga untuk mencapai kesejahteraan akan menjadi sulit digapai. Mendahulukan janji dari pada kepastian, membumikan janji yang besar mengecilkan pandangan yang benar, memperbanyak visi misi mengurangi ide-ide yang segar, ingin menjadi orang yang besar dengan duduk di kursi pemerintahan tapi lupa dengan cara yang benar, tidak mau kehilangan momentum tapi ingin dibumikan momentumnya, banyak cara mencapi sensasi dengan cara-cara tak terpuji, banyak yang bunuh diri karena terpenjara oleh puji-puji, banyak terhina karena hobi obral kata dan janji-janji, banyak orang populer mati mengenaskan karena popularitasnya! Waspadalah dengan janji-janji.

Pembaca yang budiman bisa bayangkan bagaimana kualitas demokrasi jika kampanye-nya dengan mengundang tokoh agama atau kaum intelektual agar diuji kapasitas calon yang berkampanye. Walau itu memang tidak akan mungkin dilakukan. Tapi minimal pembaca bisa membaca dan membayangkan masa depan kita jika ada kegiatan itu.

3.        Money Politik

Cara ini lebih dashsyat lagi dibandingkan dengan uraian di atas. Bagaimana tidak hampir semua kegiatan kita dilibatkan dengan uang, uang bisa membeli kejujuran, uang bisa menguburkan kebenaran, uang bisa membeli argument, uang dapat menggeserkan niat baik menjadi kejahatan, bahkan lebih dari itu bahwa uang dapat mengubah pendirian kita yang sudah kokoh dan teguh dengan pilihan calon yang dianggap tepat.

Memang benar sebagian orang mengatakan bahwa dalam kehidupan tidak semua orang bisa dibeli dengan uang atau uang bukan segalanya . tapi kenyataan mengatakan segalanya butuh uang. Siapa sangka dalam pesta demokrasi semua tim sukses-nya berbondong-bondong untuk mengupayakan jagoan-nya untuk duduk di kursi pemerintahan yakni dengan usaha money politik. Mereka rela saling mengeluarkan banyak biaya, saling tindis menindis ketebalan isi amplop yang ada pada keduanya hanya untuk mendapatkan suara rakyat. Bahkan mungkin bisa mecapai 1 juta per kepala, sungguh dahsyat cara-cara yang tak terpuji. Pembaca yang budiman bisa bayangkan dengan jumlah yang ada pada wilayah tertentu dengan disogok jumlah yang sebesar itu, berapa uang yang akan dipersiapkan? apakah uang itu diberikan Cuma-Cuma (sedekah), mengamalkan sebagian dari perintah agamanya? Atau ada hal lain yang pembaca sendiri sudah tau maksud dan tujuannya? Apakah ketika akan duduk dikursi pemerintahan ia akan melirik masyarakatnya dengan upaya pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia? Apakah pembaca berpendapat bahwa itu adalah malaikat atau calon pemimpin yang  sengaja dikirim Tuhan untuk mensejahterahkan masyarakat? Ataukah pembaca telah menemukan sebelumnya bahwa itu adalah nilai kebaikan yang tidak akan meminta imbalan atau ganti rugi dengan pengeluarannya?.

Pembaca yang berakal sehat. Kita bisa kalkuasi semua cara-cara yang dilakukan dengan beberapa pertanyaan yang sangat sederhana. Orang baik mana yang mau mengeluarkan uang sebanyak itu dan diberikan cuma-cuma tanpa imbalan atau menguntungkan untuk dirinya sendiri? Seorang budayawan bernama Sujiwo Tejo mengatakan “tidak ada orang baik setelah Nabi dan Rasul yang ada hanyalah mereka yang menyembunyikan aibnya”. Apakah ketika lolos dikursi pemerintahan gaji yang diperoleh bisa melampaui (menutupi ) pengeluaran yang sudah mereka keluarkan? Kalau dikatakan ia, muncul satu pertanyaan lagi; siapa yang bisa memastikan dan menjamin bahwa sebagian manusia akan merasa cukup dengan hasil yang sudah ditetapkan dalam regulasi pemerintahan yakni gajinya, bagaiman kualifikasi orang-orang seperti itu?. pembaca boleh sharing.!!

Berdasarkan uraian-uraian di atas akan bermunculan slogan-slogan baru di mata masyarakat untuk mereka yang menginginkan jabatan di kursi pemerintahan yakni “tidak usah susah payah untuk kampanye yang penting isi amplop-nya tebal, tidak perlu susah-susah cari masa yang banyak karena ending-nya uang juga, siapkan uang setebal-tebalnya masa akan mengikut. Jadi, bisa dibaca bahwa “dengan uang suara akan mengikut, dengan jumlah uang kualifikasi pemimpin yang bagus akan semakinn tidak diperhitungkan, dengan ketebalan isi amplop yang diberikan memilih dan memilah kelayakan seorang pemimpin akan ditepihkan, dengan tinggi rendahnya susunan uang; orang yang tidak punya kapasitas dan kapabilitas penuh akan ikut kompetisi ini hanya dengan modal uang,uang, dan uang.. Bagaimana kualitas demokasi kita, bagaimana kualitas sumber daya manusia, seperti apa nilai juang seorang pemimpin yang akan kita perhitungkan? Apakah dia bisa bekerja dengan baik dan bisa dipercaya yang dari awal saja sudah melakukan hal yang tak terpuji ( yang dilarang dalam undang-undang)? apakah dia bisa bekerja dan mengasilkan ide-ide yang segar, cemerlang dan membangun?.

Pembaca yang berakal sehat bimbinglah dan abahkanlah masyarakat yang sebagian belum bisa melihat secara jeli mana yang seharusnya pemimpin yang baik dan dan layak untuk dipilih dengan tidak menggunakan cara-cara tidak terpuji dan penuh dengan janji-jani. Masyarakat harus banyak mempertimbangkan dengan jumlah uang yang diberikan apakah akan sebanding atau setara dengan jabatan yang diembannya demi kesejahteraan rakyat? Apakah dia bisa mampu berperilaku adil dalam menjabat?. Harus diketahui uang mudah dicari, dengan bekerja juga akan menghasilkan uang tapi menjabat dengan memperhatikan apa yang seharusnya diperbaiki diwilayah tertentu itulah yang sulit. Oleh karenanya pilih cerdas dan cermat dalam menentukan pilihan. 5 tahun tidak akan lama tapi akan terasa lama jika keadilan dan kesejahteraan ditepikan dengan mementingkan kepentingan sendiri. jangan mudah disogok, hargamu tidak terukur nilainya, nilai juangmu lebih berharga dibanding sodoran tangan yang isi amplopnya hanya bisa digunakan dua-tiga hari. Jangan mau dirimu dinilai dengan rupiah. Semua orang bisa mendapatkan rupiah terlepas besar kecilnya tapi yang mahal adalah nilai yang tidak diperjual belikan oleh apapun. Ikuti hati nurani, kobarkan semangat untuk kebermanfaatan umat, agama dan bangsa serta tepihkan politik uang. Dirimu terlalu mahal, suaramu lebih bermanfaat dibandingkan dengan nilai rupiah yang diberikan.

 

Semoga bermanfaat dan bisa menjadi filter kedepannya..salam cahaya akal!!

Semoga tulisan ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua untuk menyongsong hari-hari yang gelap.

Comments

Popular posts from this blog

SARJANA BERJIWA IBLIS ?

Oleh : Dude Sahabat yang memiliki cahaya akal sehat. Apa yang anda fikirkan tentang judul diatas? Apakah anda sudah ada bayangan dengan uraian dari tema diatas? Apakah anda penasaran dengan kalimat di atas? Apakah anda bertanya-tanya akan diarahkan kemana kalimat diatas? ataukah anda bertanya tentang hubungan antara sarjana dan iblis?,Dalam kesempatan ini penulis akan lebih jauh lagi mengajak para pembaca untuk memahami eksistensi sarjana. Tapi Sebelum diuraikan lebih jauh lagi, penulis selalu mengingatkan agar Cahaya akalnya selalu di aktifkan biar tidak baper apalagi sensitive,, “Seluk beluk status sarjana” Sarjana adalah orang yang telah menyelesaikan studi Pendidikan-nya level strata satu(S1). Atau singkatnya adalah sarjana adalah mantan mahasiswa. Sebelum kearah sarjana kita mesti kenal dan harus paham lebih dalam tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, atau singkatnya penulis menyebutnya mahasiswa adalah “kakak

JANGAN KELIRU TENTANG ADAB DAN AKHLAK

Gambar. Adab murid terhadap Guru Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kalimat adab dan akhlak. ada juga kata lain  yang sering di lontarkan oleh orang-orang misalnya kata moral, tata krama, sopan santun, etika. Kalimat itu paling seing di dengar di kalangan akademisi, komunitas dan di kalangan masyarakat. Tapi pertanyaan standarnya adalah apakah pengertian dari kata diatas?, sudah benarkah menempatkan kata diatas buat orang lain?, seperti apa ukuran standar hingga di sebut kata diatas?, atau hanya sekedar memakai saja kata diatas untuk terlihat sempurna ketika berbecara di depan public?. Pada kesempatan ini penulis akan sharing tentang materi di atas berdasarkan paparan dari Ust. Dr. Bambang Wahrudin, M.Pd dalam suatu kajian yang di laksankan oleh Komunitas Sang Musafir sekaligus di moderatori oleh seorang kader tulen Bernama Ariani. Gambar 2. Penjelasan Adab, Akhlak, Etika, Sopan Santu, Moralitas, Adat Istiadat Dalam kesempatannya sebelum memberikan lebih jauh tentang ma