KETEBALAN ISI AMPLOP MENJADI PORTAL DUDUK DI KURSI PEMERINTAHAN?! CERDAS, CERMAT DAN TEPAT MASYARAKAT MEMILIH DAN MEMILAH KETEBALAN ISI AMPLOP DIPESTA DEMOKRASI TAHUN 2024 II Tinta Peradaban
Penulis Dude |
Pesta demokrasi adalah
sebuah kompetisi yang dilakukan oleh para individu yang ingin maju di kursi
pemerintahan. Sebuah usaha yang cukup serius untuk maju kedalam kursi
pemerintahan, banyak para calon melakukan sebuah upaya demi terwujudnya
keinginannya tanpa berpikir panjang lebar kedepannya.
Tulisan ini tidak cukup
hanya dibaca. Perlu dikaji kata-katanya, diserap hikmahnya. Digali kekuatan
tersembunyi-nya. Gunakan cahaya akal-nya untuk meledakan dan kebaharuan serta
kemajuan masa depan bangsa. Saat membaca, hubungkan dengan wawasan dan pengalaman
anda, hasilkan gagasan baru dan cemerlang, bangunkan jiwanya, gugah obsesinya. selamat membaca.
Ada banyak kisah dan
cerita lucu dengan tingkah laku para calon demi terealisasinya Hasrat yang
menggebu di kursi pemerintahan. Tak urung, barang dagangan mereka pun
digadaikan demi menyokong dana mereka. Meskipun kemudian semuanya berhasil,
berhasil dalam arti sesunggunya, serta berhasil dalam arti sukses membuat
mereka stress karena gagal di kursi pemerintahan. Begitulah isi salah satu buku
yang ditulis oleh Dj. Hartoyo yang berjudul “ Humor Pemilu “
Pekik semangat para calon
akan terus diperlihatkan kepada para masyarakat pada umumnya dengan beberapa
hal yang biasanya dilakukan yakni :
1.
Tanam
Jasa.
Tidak jarang kita temukan
dikalangan masyarakat ketika tiba pesta demokrasi akan ada strategi yang sudah
dibuat jauh sebelum pencoblosan yakni tanam jasa. Para calon akan
berbondong-bondong mengingatkan memori masyarakat yang lalu bahwa ada banyak
usaha dan bantuan yang dilakukan oleh paslon disaat kesusahan melekat pada
masyarakat, akan banyak stimulus kembali yang dilakukan untuk merayu agar
kedepannya bisa masuk ke kursi pemerintahan. Juga tidak sedikit orang yang bisa
mengikuti apa yang disampaikan oleh para calon.
Penulis tidak menyalahkan
hal demikian karena bagian dari strategi yang dilakukan, hanya saja ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan bahwa pada umumnya walau tidak semua kita/akademis(kritis)
tidak serta merta menyalahkan masyarakat jika hal itu terjadi. Why? Siapa
sangka dan menjamin sebagian masyarakat yang dibantu sebelumnya akan bisa hidup
tegak seperti yang dirasakan sekarang? Bisa jadi jika bukan demikian mereka
akan jatuh tersungkur bahkan kesedihan akan mengiringi jalan hidupnya.
Kita tidak tau para calon
yang melakukan demikian apakah wilayah etika(spiritual) tetap melekat pada
jiwanya? Apakah mereka mengerti konsep kebaikan yang menghasilkan nilai yang
abadi yakni pahala? Atau memang semuanya lupa yang penting kebaikan yang
dilakukan harus dibalas juga ketika yang memberi(membantu) sudah memerlukannya
(pesta demokrasi) demi terwujudnya keinginannya?
Bagi penulis masyarakat yang cerdas akan mengerti dan tau mana yang seharusnya ia pilih tanpa harus diajari atau diingatkan masa lalunya apalagi perihal bantu membantu. Memastikan boleh yang tidak tepat adalah mempengaruhi dengan memberikan dalil-dalil yang bisa berdampak pada psikis-nya karena harus berpikir Panjang dan banyak pertimbangan sehingga dengan demikian akan berakibat pada kesehatannya.
2.
Kampanye
Prosesi ini juga tidak
kalah pentingnya untuk dilakukan oleh orang-orang yang memperebutkan untuk duduk
di kursi pemerintahan. Mereka rela melakukan berbagai macam upaya untuk
mendapatkan simpatisan masyarakat. Mengeluarkan banyak biaya dengan mengadakan
konser besar-besar-an, mengundang artis top papan atas dan jarang bahkan tidak
ada ketika kampanye yang mengundang tokoh agama atau kaum intelektual untuk
berdiskusi Panjang lebar di acara kampanye-nya, walaupun mungkin ada forum
debat yang akan disediakan juga. Bisa kita lihat bagaimana kualitas masyarakat,
hiburan diutamakan sedangkan proses untuk meningkatkan kualitas diri dalam
menghadapi pesta demokrasi sangat jauh dari harapan.
Jika kita lihat pada
umumnya kampanye yang terjadi bahwa masyarakat tentunya akan dibuat senang dan
mungkin bangga dengan mendatangkan artis diwilayah masing-masing yang kemudian
akan ada prosesi penyampaian visi-misinya. Penyampaian visi-misi inilah yang
akan menjadi filter bagi masyarakat apakah yang disampaikan itu akan
benar-benar direalisakan atau hanya sekedar janji saja, sehingga muncul istilah
janji kampanye.
Istilah itu juga muncul
bukan tanpa sebab melainkan masyarakat sudah sadar dan mengerti bahwa sebagian
para calon hanya menginginkan suara dan lupa dengan yang disampaikan bukan
menjadikan suara masyarakat sebagai usaha agar niat baik kedepannya
terealisasikan dan karena kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sehingga
ungkapan itu dalam kehidupan sehari-hari selalu dipakai walau bukan pesta
demokrasi disaat berdioalog dengan orang lain yang isi percakapannya mengenai
masa depan. Lihatlah bagaimana efek dari janji yang disampaikan sehingga
melekat dikehidupan sehari-hari. Penyakit semacam ini akan terus mengalir turun
temurun jika tidak ada solusi yang diberikan, sehingga untuk mencapai
kesejahteraan akan menjadi sulit digapai. Mendahulukan janji dari pada kepastian,
membumikan janji yang besar mengecilkan pandangan yang benar, memperbanyak visi
misi mengurangi ide-ide yang segar, ingin menjadi orang yang besar dengan duduk
di kursi pemerintahan tapi lupa dengan cara yang benar, tidak mau kehilangan
momentum tapi ingin dibumikan momentumnya, banyak cara mencapi sensasi dengan
cara-cara tak terpuji, banyak yang bunuh diri karena terpenjara oleh puji-puji,
banyak terhina karena hobi obral kata dan janji-janji, banyak orang populer
mati mengenaskan karena popularitasnya! Waspadalah dengan janji-janji.
Pembaca yang budiman bisa bayangkan bagaimana kualitas demokrasi jika kampanye-nya dengan mengundang tokoh agama atau kaum intelektual agar diuji kapasitas calon yang berkampanye. Walau itu memang tidak akan mungkin dilakukan. Tapi minimal pembaca bisa membaca dan membayangkan masa depan kita jika ada kegiatan itu.
3.
Money
Politik
Cara ini lebih dashsyat
lagi dibandingkan dengan uraian di atas. Bagaimana tidak hampir semua kegiatan
kita dilibatkan dengan uang, uang bisa membeli kejujuran, uang bisa menguburkan
kebenaran, uang bisa membeli argument, uang dapat menggeserkan niat baik menjadi
kejahatan, bahkan lebih dari itu bahwa uang dapat mengubah pendirian kita yang
sudah kokoh dan teguh dengan pilihan calon yang dianggap tepat.
Memang benar sebagian
orang mengatakan bahwa dalam kehidupan tidak semua orang bisa dibeli dengan
uang atau uang bukan segalanya . tapi kenyataan mengatakan segalanya butuh uang.
Siapa sangka dalam pesta demokrasi semua tim sukses-nya berbondong-bondong
untuk mengupayakan jagoan-nya untuk duduk di kursi pemerintahan yakni dengan
usaha money politik. Mereka rela saling mengeluarkan banyak biaya,
saling tindis menindis ketebalan isi amplop yang ada pada keduanya hanya untuk mendapatkan
suara rakyat. Bahkan mungkin bisa mecapai 1 juta per kepala, sungguh dahsyat
cara-cara yang tak terpuji. Pembaca yang budiman bisa bayangkan dengan jumlah
yang ada pada wilayah tertentu dengan disogok jumlah yang sebesar itu, berapa uang
yang akan dipersiapkan? apakah uang itu diberikan Cuma-Cuma (sedekah),
mengamalkan sebagian dari perintah agamanya? Atau ada hal lain yang pembaca
sendiri sudah tau maksud dan tujuannya? Apakah ketika akan duduk dikursi
pemerintahan ia akan melirik masyarakatnya dengan upaya pembangunan dan
peningkatan sumber daya manusia? Apakah pembaca berpendapat bahwa itu adalah
malaikat atau calon pemimpin yang sengaja dikirim Tuhan untuk mensejahterahkan
masyarakat? Ataukah pembaca telah menemukan sebelumnya bahwa itu adalah nilai
kebaikan yang tidak akan meminta imbalan atau ganti rugi dengan pengeluarannya?.
Pembaca yang berakal
sehat. Kita bisa kalkuasi semua cara-cara yang dilakukan dengan beberapa
pertanyaan yang sangat sederhana. Orang baik mana yang mau mengeluarkan uang
sebanyak itu dan diberikan cuma-cuma tanpa imbalan atau menguntungkan untuk
dirinya sendiri? Seorang budayawan bernama Sujiwo Tejo mengatakan “tidak
ada orang baik setelah Nabi dan Rasul yang ada hanyalah mereka yang menyembunyikan
aibnya”. Apakah ketika lolos dikursi pemerintahan gaji yang diperoleh
bisa melampaui (menutupi ) pengeluaran yang sudah mereka keluarkan? Kalau dikatakan
ia, muncul satu pertanyaan lagi; siapa yang bisa memastikan dan menjamin bahwa sebagian
manusia akan merasa cukup dengan hasil yang sudah ditetapkan dalam regulasi
pemerintahan yakni gajinya, bagaiman kualifikasi orang-orang seperti itu?.
pembaca boleh sharing.!!
Berdasarkan uraian-uraian
di atas akan bermunculan slogan-slogan baru di mata masyarakat untuk mereka
yang menginginkan jabatan di kursi pemerintahan yakni “tidak usah susah payah
untuk kampanye yang penting isi amplop-nya tebal, tidak perlu susah-susah cari masa
yang banyak karena ending-nya uang juga, siapkan uang setebal-tebalnya masa
akan mengikut. Jadi, bisa dibaca bahwa “dengan uang suara akan mengikut,
dengan jumlah uang kualifikasi pemimpin yang bagus akan semakinn tidak diperhitungkan,
dengan ketebalan isi amplop yang diberikan memilih dan memilah kelayakan
seorang pemimpin akan ditepihkan, dengan tinggi rendahnya susunan uang; orang
yang tidak punya kapasitas dan kapabilitas penuh akan ikut kompetisi ini hanya
dengan modal uang,uang, dan uang.. Bagaimana kualitas demokasi kita,
bagaimana kualitas sumber daya manusia, seperti apa nilai juang seorang
pemimpin yang akan kita perhitungkan? Apakah dia bisa bekerja dengan baik dan
bisa dipercaya yang dari awal saja sudah melakukan hal yang tak terpuji ( yang
dilarang dalam undang-undang)? apakah dia bisa bekerja dan mengasilkan ide-ide
yang segar, cemerlang dan membangun?.
Pembaca yang berakal
sehat bimbinglah dan abahkanlah masyarakat yang sebagian belum bisa melihat secara
jeli mana yang seharusnya pemimpin yang baik dan dan layak untuk dipilih dengan
tidak menggunakan cara-cara tidak terpuji dan penuh dengan janji-jani. Masyarakat
harus banyak mempertimbangkan dengan jumlah uang yang diberikan apakah akan
sebanding atau setara dengan jabatan yang diembannya demi kesejahteraan rakyat?
Apakah dia bisa mampu berperilaku adil dalam menjabat?. Harus diketahui uang
mudah dicari, dengan bekerja juga akan menghasilkan uang tapi menjabat dengan
memperhatikan apa yang seharusnya diperbaiki diwilayah tertentu itulah yang
sulit. Oleh karenanya pilih cerdas dan cermat dalam menentukan pilihan. 5 tahun
tidak akan lama tapi akan terasa lama jika keadilan dan kesejahteraan ditepikan
dengan mementingkan kepentingan sendiri. jangan mudah disogok, hargamu tidak
terukur nilainya, nilai juangmu lebih berharga dibanding sodoran tangan yang isi
amplopnya hanya bisa digunakan dua-tiga hari. Jangan mau dirimu dinilai dengan
rupiah. Semua orang bisa mendapatkan rupiah terlepas besar kecilnya tapi yang
mahal adalah nilai yang tidak diperjual belikan oleh apapun. Ikuti hati nurani,
kobarkan semangat untuk kebermanfaatan umat, agama dan bangsa serta tepihkan
politik uang. Dirimu terlalu mahal, suaramu lebih bermanfaat dibandingkan
dengan nilai rupiah yang diberikan.
Semoga bermanfaat dan bisa menjadi filter
kedepannya..salam cahaya akal!!
Semoga tulisan ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua untuk menyongsong hari-hari yang gelap.
Comments
Post a Comment