Skip to main content

Entri yang Diunggulkan

PERSEPSI SUSAHNYA JADI PEREMPUAN DI DUNIA YANG IDEAL DAN BUDAYA PATRIARKI II Tinta Peradaban

  Oleh : Dude Ada banyak forum intelektual yang membahas mengenai tentang perempuan tak jarang dan tak sedikit orang memberikan cara pandang-nya yang khas dengan didasarkan pengalaman, agama, budaya, data, fakta yang ada, dan lain sebagainya. Sebagian perempuan meneriakan kata emansipasi wanita dan biasanya orang demikian memiliki background pendidikan, lingkungan yang mendukung serta letak geografinya didaerah perkotaan. Bukan tanpa alasan teriakan emansipasi wanita dilakukan melainkan sebuah keadilan yang seharusnya didapatkan oleh seorang wanita telah dihilangkan, merasa terkekang, tidak punya ruang, times yang sempit,dan lain sebagainya. Kesetaraan    antara    laki-laki    dan    perempuan    dalam    berbagai    dimensi kehidupan adalah impian   perempuan. Perempuan ialah hak. Perempuan memiliki hak   untuk   melakukan juga apa   yang   dilakukan   laki-laki.   Perempuan   adalah sebuah     kebebasan     yang     selalu     diperjuangkan      karena     dianggap     masih te

MAKALAH FILSAFAT ISALAM TOKOH IBNU THUFAIL II Tinta Peradaban

 


IBNU THUFAIL 

Disusun Oleh:

Rudiman

:

18112144

Dewi oktaviani

:

18112163

Ananda nabila

:

18112173

Nopyah

:

18112189

 

 A.   Latar belakang

Pemikiran seseorang tentunya tidak terlepas dari pengaruh zaman dan tempat dimana orang itu berada. Zaman dan tempat akan mempengaruhi corak pemikiran itu sendiri.

Perkembangan pemikiran di tengah-tengah peradaban manusia mengalami ritme perjalanan yang panjang.perjalanan itu sebagai usaha purifiasi pemikiran yang di kembangkan di masing-masing peradaban.berbekal perspektif dari berpikir secara filosofi sebagai sunnah kenabian Rasulullah saw,[1]Ibnu Thufail memberikan suatu paradigma mistis atas pemikiran dunia timur.dari ulasan yang di kemukakannya dia menyampaikan bahwa hakikat pemikiran kefilsafatan yang telah di bangun dalam kerangka konfrintatif sejatinya merupakan bagian yang bisa berdialektika secara intensif dan mutual.Berpijak kepada usaha untuk membangun hakikat dialektik filsafat dan agama sebagai warna hakiki pemikiran dalam dunia islam.ibnu thufail mengilustrasikan suatu hikayat filosofi hayy bin yaqzan,sebuah kisah filosofi dari usaha manusia membangun titik –titik rasionalitas dalam pertumbuhan berpikir mereka.Dalam realitasnya, kehidupan manusia di gambarkan oleh ibnu thufail sebagai pribadi yang telah membawa ide-ide bawaan.Hal ini dikuatkan melalui perspektif yang di bangun oleh plato.Manusia yang dipersonifikasikannya melalaii kedirian hayy bin yaqzan menjelaskan kenyataan manusia yang mampu mencipta pemilahan diantara kebutuhan dan dorongan –dorongan yang akan mengisi ruang-ruang dari kehidupan mereka.

Kata Kunci: Manusia,Filsafat Yunani,Filsfat Islam,Ibnu Rusyd

Dalam perjalanan panjang sejarah kefilsafatan di dunia timur eksistensinya disandingkan dengan konstruk pemikiran kefilsafatan pada masa yunani.Tak pelak lagi periodisasi perjalanan kefilsafatan yang berlaku seringkali di kompromisasikan sebagai suatu keadaan yang saling bersilang diantara satu peradaban dengan peradaban lain.filsafat islam di sinyalir sebagai bentukan baru dari pemikiran filsafat yunani yang terkemas dengan kaidah-kaidah keislaman yang di perbaharukan.

Tidak bisa di pungkiri banyak perspektif di munculkan oleh para pengkaji bahwa filsafat islam didudukan eksistensinya sebagai penerjemah dari realita kefilsafatan yang muncul pada zaman yunani.Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh syafieh(syafieh,”Fislafat Islam Dunia Islam Barat Ibnu Bajjah Dan Ibnu Thufail”[2]bahwa sejarah proses sejarah masa lalu,tidak dapat mengelakan pemikiran filsafat islam terpengaruh filsafatYunani.Para filsofos islam banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan banyak tertari pada pemikiran Plotinus,sehingga banyak teori filosof Yunani diambil dalam filosof islam.

Ibnu bajjah adalah salah satu ahli yang menyadarkan pada teori dan praktek dalam ilmu ilmu matematika,astronomi,music,mahir pengobatan dan studi-studi spekulatif seperti logika,seperti ilmu alam dan metafisika.sebagaimana yang di katakana oleh De Boer dalam”the history of philosophy in islam bahwa Ibnu Bajjah benar –benar sesuai dengan Al-Farabi dalam banyak karya tulisnya tentang ligika dan secara umum setuju dengannya,bahkan dengan doktrin-doktrin fisika dan metafisikanya.[3]

Jika dilihat secara seksama dari usaha yang dibangun oleh ibnu thufail atas karya monumentalnya tentang hayy bin yaqzan,terlihat bahwa secara hakiki usaha besarnya adalah menunjukan warna pemikiran kefilsafatanyang bernuansakan prinsip-prinsip ketimuran dalam kaidah ini adalah filsafat islam.uaha yang dieksplorasi oleh ibnu thufail diatas ssejatinya ingin menunjukan bahwa disiplin kefilsafatan dalam dunia islam adalah sebuah realiras kedisplinan yang berdiri secara terpisah dari filsafat yunani.

Beberapa perspektif yang diketengahkan dalam filsafat islam secara niscaya diarahkan kedalam suatu usaha untuk menjelaskan bahwa warna filsafat kenabian secara nyata muncul dalam peradaban filsafat islam namun hal tersebut tidak terjadi dalam filsafat yunani.Mengetengahkan tentang kondisi ini ibnu sina menggambarkan bahwa gambaran dalam filsafat kenabian dijelaskan dalam jiwa manusia terdapat dalam kekuatan yang membedakannya dari binatang dan benda lain.

Makalah ini secara spesifik ingin menguraikan pemikiran, karya karya salah satu filosof muslim yang terkenal dengan filosofisnya Hayy bin Yaqzan adlah Ibnu Thufail seorang filsof musli yang hidup pada masa kholifah Abu Ya’quf Yusuf, dinasti Al-Muwwahid Spanyol.

Penulis berharap adanya makalah yang singkat ini dapat memberikan pengetahuan dan pencerahan bagi kita semua.

 

 B.    PEMBAHASAN

1.      Biografi Ibnu Thufail

 Ibnu Thufail mempunyai nama lengkap yaitu Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Thufail Al Qaisy  al Andalusi. Dikenal dengan nama latin  Abubacer. Ia bergelar Al Andalusi an Al Qurthubi. Ia lahir di Wali Asy  ( Qadis atau Guandix )sebuah lembah yang subur yang terletak 16 km di Granada, Andalusia ( kini spanyol ) paa tahun 506 H atau 110 M, Ibnu  Thufail berasal dari keluarga yang terkenal dan terkemuka. Ibnu Thufail berhasil tampil sebagai seorang yang alim diberbagai bidang keilmuwan. Ia menguasai ilmu kedokteran, kesusastraan, matematika, astronomi, dan filsafat.[4]

 Buku –buku biografi menyebutkan beberapa karangan Ibnu Thufail yang menyangkut beberapa bidang filsafat, seperti filsafat fisika, metafisika, kejiwaan, dan sebagainya. Disamping risalah-risalah ( surat-surat ) kiriman kepada Ibnu Thufail. Tetapi karangan-karangan tersebut  tidak sampai kepada kita, kecuali satu saja, yaitu risalah Hay bin Yaqadhan, yang merupakan intisari pikiran-pikiran filsafat Ibnu Thufail, yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa.

Ibnu Thufail tergolong filsuf dalam masa skolastik islam. Pemikiran kefilsafatannya cukup luas, termasuk metafisika. Dalam pencapaian ma’rifatuallah, ia menempatkan sejajar antara akal dan syariat. Pemikiran tersebut sebenarnya merupakan upaya yang tidak pada tempatnya. Karena syariat sumbe rnya adalah wahyu ( yakni dari Tuhan ), sedangkan akal merupakan aktivitas manusiawi. Akal manusia sebenarnya hanyalah dampak mencari alasan rasional bagi syariat mengenai dalil-dalilaanya Tuhan.[5]

Ibnu Thufail juga dikenal sebagai filsuf muslim yang gemar menuangkan pemikirannya melalui kisah-kisah. Semasa hidupnya,ia terkenal sebagai penulis novel filsafat. Pada masa sekarang ini, mungkin kita pernah atau bahkan sering mendengar novel filsafat yang berjudul Dunia Sophie karya Jostein Gaarder dari Norwegia yang mengisahkan pengalaman seorang gadis  berumur empat belas tahun, bernama Sophie. Ceritanya, hampir setiap hari Shopie mendapatkan surat misterius yang mempertanyakan asal mula manusia, keberadaan dunia, dan pertanyaan filosofis lainnya. Pertanyaan seperti itu memang tak pernah terlintas dalam benak Shopie sebelumnya. Meski semula kebingungan, akhirnya remaja itu menikmati pertualangan di dunia filsafat. Lewat pengalaman Shopie, pembaca pun turut memahami filsafat.[6]

 Cara yang sama telah dilakukan berabad-abad silam oleh Ibnu Thufail. Ia mengamae pandangan filsafatnya melalui filsafat “novel”pula, yang bertajuk Hay ibn Yaqhzan ( The Living Son of Vigilant ). Karyanya tersebut memang terinspirasi oleh murid-murid Ibnu Sina yang bernama Hayy Ibn Yaqhzan, Salaman, dan Absal. Novel itu merupakan sebuah karya paling cemerlang pada abad pertengahan.

 Melalui buku ini Ibnu Thufail mengajak pembacanya untuk turut merasakan langsung dan memahami pandangan filsafatnya. Secara garis besar, ia menggambarkan tentang pengetahuan manusia yang muncul dari kekosongan. Kmudian ia menemukan pengalaman mistik melalui hubungan dengan tuhan, dengan laku spiritual yang tak hanya dilaksanakan sebagai ritual an sich.  Untuk mencapai pengalaman tersebut,manusia juga mestinya “mematikan” dirinya.

 Thufail juga ingin mengemukakan dua fakta penting dakam cerita tersebut. Pertama, disamping keberagaman benda, terdapat sebuah kesatuan. Dan selalu ada sesuatu,yaitu jiwa yang selalu transenden.Thufail akhirnya menyadari bahwa pasti ada sebab awal terbentuknya dunia. Dunia tidak terjadi tanpa adanya ruang dan waktu. Dan penyebab semuanya adalah tuhan.

Thufail juga menyimpulkan bahwa hanya satu jalan untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan dan setelah hidupnya, yakni kehadiran sebuah energy yang selalu menuntunnya kepada tuhan.

2.      Karya Ibnu Thufail

Ibnu Thufail tidak banyak memiliki karya,hanya satu yang tersisa sampai hari ini yaitu Rislah Hayy Ibnu Yaqzan. Hayy Ibnu Yaqzan ini memiliki dua versi, yakni versi Ibnu Thufail dan Ibnu Sina. Tetapi Ibnu Sina sudah lebih dulu menggunakan judul tersebut,kendati versinya berbeda. Dalam karyanya, Thufail berupaya melakukan rekonsiliasi antara agama dan spekulasi rasional. Padahal para filsuf sebelum dan sesudah masanya jarang melakukan hal tersebut. Paling tidak, ada upaya Thufail untuk mempertemukan antara filsafat dan agama. Ia tak hanya menekankan pentingnya membahas eksistensi Tuhan dengan sebuah alasan yang masuk akal. Ia menyakini ada sebuah jalan mistis yang dapat dirasakan jika berhubungan dengan Tuhan, tentunya melalui luka spiritual yang dijalankan secara teratur. Pandangannya ini dianggap oleh berbagai kalangan sebagai sebuah pencerahan.

Risalah (buku) Hayyu bin Yaqdzan yang ditulis oleh Ibnu Thufail sesungguhnya berisi berbagai rumus filsafat yang disampaikan dengan lambang Hayyu bin Yaqdzan adalah lambang akal fikiran, sedangkan teman-temannya melambangkan selera, syahwat, perasaan marah dan tabiat-tabiat lainnya yang lazim ada pada manusia. Dia menyusun risalah itu dalam bentuk hikayat. Dalam mukadimahnya Ibnu Thufail menjelaskan tujuan buku yang ditulisnya, yaitu menyaksikan kebenaran (al-haqq).

3.      Pemikiran Ibnu Thufail

Risalah Hayy bin Yaqdzan tersebut secara simbolis memuat pemikiran filsafat Ibnu Thufail yang meliputi berbagai aspek.

a.       Tentang Tuhan

Alam ini ada penciptanya, yang tiada lain adalah Tuhan. Dia yang mengeluarkan dari “ketiadaan” ke maujud (creatia ex nihili) dan tidak mungkin keluar (tercipta) dengan sendirinya. Gambaran sifat-sifat Tuhan adalah Tuhan itu jauh dari sifat kekurangan, karena kekurangan itu sendiri tidak lain kecuali “ketiadaan murni” (adam al-mahd) atau yang berkaitan dengan ketiadaan dan bagaimana mungkin “ketiadaan” tergantung pada wujud murni (wujud al-mahd) yang wajib wujudnya dengan zatnya, yang memberikan ada kepada setiap yang wujud. Dari itu tidak ada wujud selain Dia. Dialah Maha Wujud, Dialah kesempurnaan, Dialah kebaikan, Dialah pengetahuan dan Dialah sumber segala yang wujud. (Q.S. al-Qasas:88).

b.      Tentang Dunia

Pertama, apabila alam ini diyakini kekal, maka akan menimbulkan kontradisi yang banyak, dengan alasan bahwa tidak mungkin wujud sesuatu yang tidak ada akhirnya tidak mungkinnya wujud materi yang tidak ada lepas dari penciptaan, dan tidak mungkin mendahului penciptanya, berarti diciptakan. Kedua, apabila diyakini bahwa alam ini baru (diciptakan), maka akan timbul masalah lain, karena pengertian baru setelah tiada tidak mungkin dipahami kecuali bahwa didahului oleh waktu, sedang itu sendiri adalah bagian dari alam dan tidak terpisah. Oleh karena itu tidak dapat dipahami bahwa alam ini datang sesudah adanya waktu.[7] Namun Ibnu Thufail dalam pernyataannya menegaskan bahwa apabila alam ini baru diciptakan, berarti pasti ada yang menciptakan tidak dari dulu.

c.       Tantang Akal dan Wahyu

Pandangan Ibnu Thufail mengenai kedudukan akal dan wahyu ia tampilkan dalam risalah Hayyu bin Yaqdzan yang hanya menggunakan rasio dalam memahami realitas kehidupannya, mengambil konsep-konsep yang tidak bertentangan, bahkan sejalan dengan informasi wahyu yang dibawah oleh Asal sang “teolog”. Apa yang diperintahkan oleh syari’at Islam dan apa yang diketahui oleh akal sehat dengan sendirinya, berupa kebenaran, kebaikan dan keindahan dapat tertemu dalam satu titik, tanpa diperselisihkan lagi. Dengan kata lain, hakikat  kebenaran yang dilakukan oleh filsafat sejalan dengan apa yang ada dalam wahyu.[8]

d.      Tantang Epistemologi

Bagi Ibnu Thufail, pengalaman merupakan suatu proses pengenalan lingkungan melalui indera. Organ-organ indera berfungsi berkat jiwa yang ada dalam hati. Dari situ berbagai data indera yang kacau mencapai otak yang menyebarkan ke seluruh tubuh lewat jalur syaraf, yang selanjutnya diproses menjadi kesatuan persetif.

e.       Tentang Derajat Intelektual Manusia

Pada tokoh pelaku dalam risalah Hayyu bin Yaqdzan oleh Ibnu Thufail dimaksudkan sebagai symbol keanekaragaman derajat intelektual manusia. Mereka terbagi dalam tidak kelompak utama, yaitu: (1) filosof, yang dalam cerita itu diperankan oleh Hayyu bin Yaqdzan, yang memperoleh kebenaran dari perenungannya atas realitas alam; (2) agamawan, yang dalam cerita diperankan oleh Asal, yang berpegang dengan wahyu dalam beragama; (3) masyarakat awam, yang dalam cerita diperankan oleh Salman dan masyarakat. Mereka dalam beragama hanya berdasarkan tradisi dan taqlid, serta menerima agama hanya dalam bentuk zahirnya saja.

  

C.   PENUTUP

A.    Kesimpulan

Ibnu thufail dengan karyanya berjuang untuk mengeksplorasi hakikat dari khasanah kefilsafatan yang ada di dunia islam. Berbekal pengembaraan diri melalui karya Hayy bin Yaqzan, Ibnu thufail menyandarkan kepada public atas potensi realistis manusia guna menyandarkan mereka akan eksitensi manusia dengan rasionalitas yang memiliki kemampuan untuk mengungkap dinamika kehidupan yang ada disekitarnya.

Dari karya hikayat hayy bin yaqzan dapat disimpulkan, ada tiga perbedaan sifat manusia:

1.      Mampu memikirkan sesuatu tanpa mengambil dari dalil Al-Qur’an.

2.      Absolute, berfilsafat dengan dalil dalil Al-Qur’an dan hadits.

3.      Mengambil dalil dari Al-Qur’an dan hadits tanpa menggunakan filsafat.

 

B.     Kritik Dan Saran

Ibnu Thufail hanya dapat mengandalakan akal dalam hal ini pencarian kebenaran dan ini jika dilihat dalam sudut pandang arti penting akal itulah sangat berguna karena salah satu ciri akal sehat adalah bisa membedakan antara mana benar dan salah walaupun ending dari pemikirannnya menghasilkan sebuah paradigma baru(kebenaran yang dapat di ambil).tetapi,dewasa ini jika kita mencoba berfilsafat ala Ibnu Thufail yang hanya mengandalkan akal semata untuk mencari sebuah kebenaran dan di gunakan terus-menerus  tanpa balancing,maka akal bisa sakit juga atau tidak tegak.kita harus bercermin pada kasus yang menimpa F.Nietzhe yang berfilsafat tanpa control akal sehat tanpa memilah mana benar mana salah malah berakibat beliau kehilangan akal sehat.

Artinya akal bisa menjadi sakit juga apabila manusia memegang filosofi-cara pandang tertentu disamping materialism-skeptisisme-liberalisme juga pluralism.maka dari itu harus ada balancing dari penggunaan akal itu yaitu wahyu dari Allah swt ;Al-Qur’an-ul karim..


DAFTAR PUSTAKA

 

Murtianingsih, Wahyu. Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajah. Yogyakarta. Divapres. 2003

Dedi, Supriyadi. Pengantar Filsafat Islam. Bandung: Cv Pustaka Setia. 2009

Fuad al-ahwani, Ahmad. FILSAFAT ISLAM. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1995

Maftukhin. Filsafat Islam. Yogyakarta: Teras. 2012

Mas’udi.pemikiranfilsafat ibnu thufail(khazanah pemikiran filsafat dari timur asrar al-hikmah al-masyriqiyyah)

 


[1] Fikrah,Jurnal Ilmu Aqidahdan Studi Keagamaan vol.3 no.2,Desember2015

[2] http://syafieh.blogspot.com/2013/05/filsafat -islam-dunia- islam -barat-ibnu.htm,diakses pada tanggal,05desember2014.

[3] De Boer,Tj.,The History Of Philosophyin Islam,edisi bahasa inggris oleh Edward R.Jones Bd.(New York:Dover Publicationinc,1967).hlm.184

[4] Hanafi,Pengantar Filsafat Islam(Jakarta:Bulan Bintang,1996),hlm.161

[6] Wahyu Murtianingsih. . Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajah. Yogyakarta:Divapres. 2003.hlm.254

[7] Wahyu Murtianingsih. Para Filsuf dari Plato Sampai Ibnu Bajah..,.hlm.255

 [8] Hanafi,pengantar filsafat…,hlm.161

Comments

Popular posts from this blog

SARJANA BERJIWA IBLIS ?

Oleh : Dude Sahabat yang memiliki cahaya akal sehat. Apa yang anda fikirkan tentang judul diatas? Apakah anda sudah ada bayangan dengan uraian dari tema diatas? Apakah anda penasaran dengan kalimat di atas? Apakah anda bertanya-tanya akan diarahkan kemana kalimat diatas? ataukah anda bertanya tentang hubungan antara sarjana dan iblis?,Dalam kesempatan ini penulis akan lebih jauh lagi mengajak para pembaca untuk memahami eksistensi sarjana. Tapi Sebelum diuraikan lebih jauh lagi, penulis selalu mengingatkan agar Cahaya akalnya selalu di aktifkan biar tidak baper apalagi sensitive,, “Seluk beluk status sarjana” Sarjana adalah orang yang telah menyelesaikan studi Pendidikan-nya level strata satu(S1). Atau singkatnya adalah sarjana adalah mantan mahasiswa. Sebelum kearah sarjana kita mesti kenal dan harus paham lebih dalam tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, atau singkatnya penulis menyebutnya mahasiswa adalah “kakak

JANGAN KELIRU TENTANG ADAB DAN AKHLAK

Gambar. Adab murid terhadap Guru Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kalimat adab dan akhlak. ada juga kata lain  yang sering di lontarkan oleh orang-orang misalnya kata moral, tata krama, sopan santun, etika. Kalimat itu paling seing di dengar di kalangan akademisi, komunitas dan di kalangan masyarakat. Tapi pertanyaan standarnya adalah apakah pengertian dari kata diatas?, sudah benarkah menempatkan kata diatas buat orang lain?, seperti apa ukuran standar hingga di sebut kata diatas?, atau hanya sekedar memakai saja kata diatas untuk terlihat sempurna ketika berbecara di depan public?. Pada kesempatan ini penulis akan sharing tentang materi di atas berdasarkan paparan dari Ust. Dr. Bambang Wahrudin, M.Pd dalam suatu kajian yang di laksankan oleh Komunitas Sang Musafir sekaligus di moderatori oleh seorang kader tulen Bernama Ariani. Gambar 2. Penjelasan Adab, Akhlak, Etika, Sopan Santu, Moralitas, Adat Istiadat Dalam kesempatannya sebelum memberikan lebih jauh tentang ma

KETEBALAN ISI AMPLOP MENJADI PORTAL DUDUK DI KURSI PEMERINTAHAN?! CERDAS, CERMAT DAN TEPAT MASYARAKAT MEMILIH DAN MEMILAH KETEBALAN ISI AMPLOP DIPESTA DEMOKRASI TAHUN 2024 II Tinta Peradaban

Penulis Dude Pesta demokrasi adalah sebuah kompetisi yang dilakukan oleh para individu yang ingin maju di kursi pemerintahan. Sebuah usaha yang cukup serius untuk maju kedalam kursi pemerintahan, banyak para calon melakukan sebuah upaya demi terwujudnya keinginannya tanpa berpikir panjang lebar kedepannya. Tulisan ini tidak cukup hanya dibaca. Perlu dikaji kata-katanya, diserap hikmahnya. Digali kekuatan tersembunyi-nya. Gunakan cahaya akal-nya untuk meledakan dan kebaharuan serta kemajuan masa depan bangsa. Saat membaca, hubungkan dengan wawasan dan pengalaman anda, hasilkan gagasan baru dan cemerlang, bangunkan jiwanya, gugah obsesinya. selamat membaca. Ada banyak kisah dan cerita lucu dengan tingkah laku para calon demi terealisasinya Hasrat yang menggebu di kursi pemerintahan. Tak urung, barang dagangan mereka pun digadaikan demi menyokong dana mereka. Meskipun kemudian semuanya berhasil, berhasil dalam arti sesunggunya, serta berhasil dalam arti sukses membuat mereka stress