Skip to main content

Entri yang Diunggulkan

PERSEPSI SUSAHNYA JADI PEREMPUAN DI DUNIA YANG IDEAL DAN BUDAYA PATRIARKI II Tinta Peradaban

  Oleh : Dude Ada banyak forum intelektual yang membahas mengenai tentang perempuan tak jarang dan tak sedikit orang memberikan cara pandang-nya yang khas dengan didasarkan pengalaman, agama, budaya, data, fakta yang ada, dan lain sebagainya. Sebagian perempuan meneriakan kata emansipasi wanita dan biasanya orang demikian memiliki background pendidikan, lingkungan yang mendukung serta letak geografinya didaerah perkotaan. Bukan tanpa alasan teriakan emansipasi wanita dilakukan melainkan sebuah keadilan yang seharusnya didapatkan oleh seorang wanita telah dihilangkan, merasa terkekang, tidak punya ruang, times yang sempit,dan lain sebagainya. Kesetaraan    antara    laki-laki    dan    perempuan    dalam    berbagai    dimensi kehidupan adalah impian   perempuan. Perempuan ialah hak. Perempuan memiliki hak   untuk   melakukan juga apa   yang   dilakukan   laki-laki.   Perempuan   adalah sebuah     kebebasan     yang     selalu     diperjuangkan      karena     dianggap     masih te

CONTOH PEMBUATAN PROPOSAL YANG MENARIK PRODI PAI II UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO II SENJA DARI TIMUR

 

cara pembuatan proposal yang menarik dan disukai penguji



PROPOSAL SKRIPSI

 

UPAYA DALAM MENANAMKAN LITERASI KEAGAMAAN MELALUI KAJIAN KEISLAMAN

( STUDI KASUS KOMUNITAS SANG MUSAFIR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Oleh :

Rudiman

NIM. 18112144

 

 

 

 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA SLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2021

 

 

HALAMAN PENGESAHAN

 

UPAYA DALAM MENANAMKAN LITERASI KEAGAMAAN MELALUI KAJIAN KEISLAMAN

 (STUDI KASUS KOMUNITAS SANG MUSAFIR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO)

 

Rudiman

NIM. 18112144

 

 

Ponorogo, 23 November 2021

 

Menyetujui

Pengampu mata kuliah

 

 

 

(Sigit Dwi Laksana, M.Pd.I)

NIK. 1989011020160313

 

 

Mengetahui

Kaprodi PAI

 

 

 

Aldo Redho Syam, M.Pd.I

NIK. 1988011320170913

 

 

HALAMAN PENGESAHAN

 

UPAYA DALAM MENANAMKAN LITERASI KEAGAMAAN MELALUI KAJIAN KEISLAMAN

(STUDI KASUS KOMUNITAS SANG MUSAFIR MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO)

 

Rudiman

NIM. 18112144

 

Ponorogo, 23 November 2021

 

Menyetujui

 

Penguji 1 Proposal,

 

 

 

Sigit Dwi Laksana, M.Pd.I

   NIK. 1989011020160313

 

 

Penguji 2 Proposal,

 

 

 

Lilis Sumaryanti, M.Pd

    NIDN. 0712058601

 

Mengetahui

Kaprodi PAI

 

 

 

Aldo Redho Syam, M.Pd.I

NIK. 1988011320170913

 

IDENTITAS PENGUSUL

Nama              : Rudiman

NIM                : 18112144

 

Judul : Upaya Dalam Menanamkan Literasi Keagamaan Melalui Kajian Keislaman (Studi Kasus Komunitas Sang Musafir Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo)

 

Ringkasan

Judul di atas peneliti ingin mengetahui seperti apa proses pembinaan yang dilakukan Pembina dalam menanamkan literasi keagamaan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo di komununitas Sang Musafir. Selain itu juga agar mengetahui lebih jauh lagi bagaimana hasil dari pembinaan serta tantangan  yang menjadii faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan literasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam proposal ini adalah dengan studi kasus dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan yang namanya metode penelitian dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik yang digunakan dalam penulisan proposal dalam mengumpulkan data yaitu menggunakan metode obserbasi, wawancara dan dokumentasi, adapun dalam teknis analisis datanya menggunakan Milles & Hurberman yang meliputi reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan..

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab petunjuk bagi umat manusia, di dalam Al- Qu’ran banyak ditemukan ayat yang memberikan isyarat tentang kebenaran ilmu pengetahuan. Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang disampaikan kepada Muhammad SAW pada 15 abad tahun yang lalu. Al-Qur’an telah memberikan isyarat dan dorongan kepada umat manusia agar menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Diantaranya wahyu Al-Qur’an atau ayat pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW dengan kalimat “Bacalah “.

Demikian ayat pertama kali turun diawali dengan kalimat perintah “Bacalah” (berulang -ulang  kali) dimana membaca dalam pengertian yang luas merupakan kunci untuk membuka wawasan dan ilmu pengetahuan. Lima ayat pertama surat tersebut terdapat kalimat yang mengajar (manusia) dengan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. Kedua ayat ini dapat difahami betapa pentingnya proses mengajar dalam mengajar ada interaksi pengetahuan antara seorang pengajar dan peserta didik. Dengan proses mengajar itu maka ilmu pengetahuan menjadi berkembang. Dengan demikian Al-Qur’an secara tersurat dan tersirat memerintahkan manusia agar senantiasa menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Banyak ayat-ayat Al-Qur’an memberikan petunjuk dan dorongan agar manusia menggunakan akal pikiran, hati, indra mata, telinga untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan sebagai bekal hidup mereka untuk mencapai kesejahteraan di dunia maupun akhirat.

Membaca tentu tidak bisa dipisahkan dari proses menulis. Hal ini bisa disebut sebagai literasi. Literasi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca serta kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup. Untuk meraih kecakapan dalam hidup tersebut, diperlukan sebuah kemampuan dalam mengolah pengetahuan yang diperolehnya. Kemampuan yang diperlukan itu dinamakan sebagai kemampuan membaca dan menulis.

Begitupun dalam sejarah Islam, literasi tidak lepas dari budaya membaca dan menulis. Meskipun Bangsa Arab Pra-Islam kurang bersentuhan dengan budaya menulis dan membaca, namun setelah Al Quran turun kepada mereka, tradisi membaca dan menulis mulai tumbuh di kalangan Bangsa Arab. Banyak dari mereka mulai menuliskan ayat–ayat Al Quran di berbagai media seperti kulit kayu, batu, tulang, pelepah kurma, dan kulit hewan. Beberapa sahabat Rasulullah juga sudah mulai belajar membaca dan menulis. Salah satu tokoh yang pandai membaca dan menulis pada masa itu adalah Hafshah binti Umar bin Khattab yang merupakan anak dari Umar bin Khattab sekaligus Istri Rasulullah. Tradisi literasi di kalangan kaum Muslimin lah yang mengantarkan umat.[1]

Semua peradaban di dunia tidak lepas dari kemampuan membaca dan menulis manusia yang hidup di zamannya. Seiring dengan perkembangan kemampuan literasi itulah, peradaban manusia terbangun. Dalam catatan sejarah saat masa keemasan Islam tidak terlepas dari budaya keilmuan membaca, meneliti, menulis dan berdiskusi. Masa emas ini bersamaan dengan terjadinya kemunduran dan kegelapan pada benua Eropa dan Amerika. Tokoh-tokoh besar Islam sangat produktif dalam berkarya di berbagai bidang. Bahkan karya literasi tokoh-tokoh Islam terus dipelajari hingga kini. Seperti karya Imam Syafii, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki, Ibnu Khaldun, Imam Ghazali, Ibnu Sina, Ibnu Taimiyah, dan masih banyak lagi.[2]

Indonesia merupakan salah satu negara yang rendah akan literasi. Hal ini bisa dilihat dari “Literasi Indonesia Ranking Terbawah Kedua Di Dunia,” bahwa Tidak hanya soal literasi keagamaan, tingkat literasi lainnya juga menunjukkan angka yang masih rendah. Indonesia menduduki rangking kedua dari bawah menyangkut literasi dunia. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Artinya bahwa dari 1000 orang Indonesia, hanya 1 ornag yang rajin membaca. Di tahun 2016, riset yang dilakukan oleh Central Connectitut State University, Indonesia menduduki peringat ke-60 dari 61 negara, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).[3] Namun, Namun, angka tersebut sedikit berkurang. Juga bisa dilihat tampak pada hasil survey Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang menunjukkan skor Indonesia dalam kemampuan membaca sebesar 371 poin, sedangkan skor rata-rata Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) adalah 487.[4] Pada periode putaran sebelumnya, yaitu PISA 2015 skor kemampuan membaca adalah 397 dengan skor rata-rata OECD sebesar 493.[5] Hasil PISA 2018 menunjukkan dengan jelas bahwa siswa Indonesia mengalami penurunan kemampuan membaca dibandingkan dengan PISA 2015, ini juga berarti kompetensi membaca siswa Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil survey World Culture Index Score di tahun 2018, minat baca masyarakat Indonesia naik cukup signifikan. Indonesia berada di urutan ke-17 dari 30 Negara.[6]

Fenomena sosial keagamaan akhir-akhir ini menjadi perhatian publik, misalnya dalam kasus  yang beredar di media sosial bahwa pria berinisial HF sebagai tersangka karena menendang sesajen di lokasi bencana erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang,.[7] Begitu juga dalam Informasi yang diterima detikcom, Rabu (12/5/2021), bahwa  tersangka yang diamankan bernama Qaimul Haki (42). Tersangka membuat akun TikTok dan melakukan dugaan penistaan agama.[8]

 Dalam riset terbaru yang dilakukan oleh Noorhaidi Hasan, dkk., yang diterbitkan dengan judul “Literatur Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi.” Temuan riset ini menunjukkan bahwa literatur- literatur bercorak Jihadi, Tahriri, Tarbawi, Salafi, dan Islamisme populer masih menjadi celah bagi pikiran pelajar dan mahasiswa. Meski demikian, literatur Islam moderat masih bisa bertahan dan cenderung mengalami perkembangan.[9]

Penguatan literasi keagamaan menjadi salah satu bagian yang diinstruksikan oleh Menteri Agama RI yang baru, Yaqut Cholil Qoumas sebagai bentuk penguatan moderasi beragama. Di samping itu, Gallagher menuturkan dalam bahasa tulis untuk memahami sepak terjang literasi agama perlu pengetahuan yang luas tentang dinamika agama, mekanisme dan proses beragama. Juga literasi agama seharusnya tidak hanya tingkat penguasaan informasi atau pengetahuan dasar, tetapi juga informasi tentang bagaimana orang menggunakan pengetahuan dasar untuk menyesuaikan diri dengan dunia, untuk mengekspresikan wawasan individu dan komunitas mereka dan memberikan petunjuk dalam kehidupannya.[10]

Literasi keagamaan yang dilakukan melaui kajian keislaman dapat menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran - ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berhubungan  dengan ibadah dan akhlak serta menimbulkan sikap dan kejiwaan yang di liputi oleh nilai-nilai agama seperti sabar, tolong menolong, ikhlas, tawakal, serta tidak putus asa.

Dalam penanaman literasi keagamaan itu sendiri juga di perlukan suatu wadah yang dapat menampung segala hal yang menjadi pokok permasalahan sehingga menjadikan mahasiswa khusunya yang ada di komunitas Sang Musafir dapat mendapatkan siraman rohani  mengenai penanaman literasi keagamaan. Hal tersebut bisa dilakukan berbagai cara salah satunya adalah dengan kajian yang berbaur keislaman.

Komunitas Sang Musafir merupakan salah suatu perkumpulan yang mayoritasnya adalah mahasiswa dan sebagian pelajar yang berasal dari timur .Mereka sedang menempuh pendidikan di luar daerah khususnya kota Ponorogo Provinsi Jawa Timur. Secara keseluruhan mereka memeluk agama Islam, sehingga hal ini menjadi penting untuk menjelaskan tentang hakikat agama melalui penanaman literasi keagamaan.

Pada observasi pertama peneliti mengamati Komunitas Sang Musafir mengadakan kegiatan kajian keislaman yang dibuat oleh devisi keagamaan, Materi-materi yang diberikan dalam kajian itu juga menarik. Devisi keagamaan mengundang pemateri-pemateri dari dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo salah satunya adalah Ust. Dr. Sumaji, M.Pd. Dalam kajian tersebut tema yang diangkat adalah “Sholat Sesuai Tuntunan Rasulullah Muhammad SAW”. Dalam proses kajian tersebut peneliti mengamati bahwa ketika Narasumber memberikan pertanyaan-pertanyaan dasar misalnya Narasumber meminta untuk menjelaskan pengertian i’tidal, hampir sembagian yang menjawab masih keliru.

Beberapa kali peneliti melakukan observasi dengan kondisi yang sama, hanya dengan materi kajian yang berbeda yaitu kegiatan Tahsin yang di lakukan oleh devisi keagamaan Komunitas Sang Musafir. Kegiatan ini di isi oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo bernama Abd. Munir. Dalam kegiatan ini juga peneliti mengamati bahwa sebagian dari yang hadir belum mampu membaca Al- Qur’an secara benar bahkan masih mengenal huruf hijaiyyah. Hal ini menunjukan bahwasannya jika dikerucutkan, maka sebagian besar di Komunitas Sang Musafir belum mampu memahami serta mengamalkan ajaran agama Islam, sehingga mereka dituntut akan hal itu. Suka tidak suka, setuju tidak setuju maka mereka akan berhadapan dengan persoalan itu dan tidak bisa lari dari fenomena tersebut.

Pembelajaran agama Islam di Komunitas Sang Musafir masih sangat jauh tertinggal. Hal ini karena mereka kurang memahami literasi yang baik dan agama Islam yang kaffah. Walaupun di Komunitas Sang Musafir didominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa, bukan berarti mereka akan mudah memahami literasi keagamaan dengan baik. Literasi keagamaan dalam pembelajaran sangat penting baik itu untuk diri sendiri, lingkungan keluarga terlebih lagi dalam konteks kehidupan bermasyarakat, sebab hal itu dapat menjaga keutuhan sosial dan masyarakat sehingga tidak buta dengan materi keagamaan yang ada.

Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu Pembina bernama La Ode Sugianto, S.Pd., MM : bahwasannya Mengingat pada umumnya mahasiswa di komunitas Sang Musafir yang menempuh Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Ponorogo kurang memiliki latar belakang pendidikan agama yang memadai baik pendidikan formal maupun pendidikan yang ditanamkan di lingkungan keluarga, maka hal ini menjadi salah satu faktor yang menarik bagi peneliti untuk mengkaji  tentang “Upaya Dalam Menanamkan Literasi Keagamaan Melalui Kajian Keislaman (Studi Kasus Komunitas Sang Musafir Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo)”

 

B.       Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1           Bagaimana bentuk pembinaan mahasiswa Universitas Muhmmadiyah Ponorogo di komunitas Sang Musafir tertang literasi keagamaan?

2           Apa hasil pembinaan dari penanaman literasi keagamaan?

3           Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan literasi keagamaan?

C.      Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1           Mampu mengetahui bentuk pembinaan mahasiswa Universitas Muhammdiyah Ponorogo di komunitas Sang Musafir tentang litersi keagamaan

2           Mampu mengetahui hasi pembinaan dari penanaman literasi keagamaan

3           Mampu mengetahui faktor pendukung dan penghambat Pembina dalam menanamkan literasi keagamaan

 

D.      Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bisa memberikan manfaat yaitu sebagai berikut:

1           Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dapat dapat memberikan sebagai berikut :

1)             Hasil penelitian ini mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan terhadap upaya pembina dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman

2)             Hasil penelitian ini mampu memberikan sedikit sumbangan ilmu pengetahuan kepada semua pembaca.

2           Manfaat Praktis

Manfaat praktis diharapkan dapat memberikan nilai positif yaitu sebagai berikut :

1)             Bagi peneliti bisa memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang baru mengenai upaya pembina dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman di komunitas Sang Musafir

2)             Bagi Pembina bisa menjadikan pedoman dalam menentukan dan melaksanakan pembinaan, sehingga dapat memberikan hal positif yaitu  membangun komunitas Sang Musafir lebih baik lagi dengan meningkatkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman.

3)             Bagi para kader di komunitas dapat menjadikan pedoman dalam mendidik, membina serta menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman.

4)             Bagi masyarakat bisa menjadikan sebagai informasi pengetahuan yang baik dalam bentuk upaya pembinaan dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman sehingga menjadi symbol tersendiri dan pembeda dari komunitas lain,sserta untuk memotivasi para mahasiswa yang mengikuti organisasi.

 

E.       Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan di definisikan sebagai rangkaian yang terbagi ke dalam bab-bab dan termuat dalam isi skripsi. Diantaranya satu sama lain saling berkaitan dalam setiap bagian.

BAB I ini berisi tentang pendahuluan gambaran secara umum terkait pembahasan proposal ini, yang sudah dijabarkan dalam sub bab yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan dan sistematika penelitian.

BAB II berisi tentang kajian pustaka,landasan teori, yang didalamnya menguraikan tentang upaya pembina dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman studi kasus komunitas sang musafir mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo

BAB III menerangkan mengenai metode penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data primer dan sumber data sekunder, teknik pengumpulan data, dan analisis data serta teknik keabsahan data.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

1               Tinjauan Pustaka

Tinjauan Pustaka dalam penelitian terdahulu meliputi beberapa rujukan yaitu sebagai berikut :

a                Penelitian dari sebuah jurnal yang di tulis oleh Jalaludin yang berjudul “ Peran Gaya Kepemimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Motivasi Literasi Santri”.

Penelitian petama ini memiliki tujuan untuk memahami dan menganalisis : (1) Gaya kepemimpinan pondok pesantren terhadap motivasi literasi santri, (2) Hambatan-hambatan gaya kepemimpinan pondok pesantren dalam meningkatkan motivasi literasi santri, (3) Upaya gaya kepemimpinan dalam meningkatkan motivasi literasi santri. Penelitian kedua menguraikan mengenai usaha serta peran Pembina dalam menanamkan nilai-nilai religius melalui kegiatan keagamaan.

Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif dengan jenis mengambil rancangan sebuah kasus.

Sedangkan perbedaannya adalah jika peneliti terdahulu tidak menggunakan teknik pengesahan data/validasi data sedangkan penelitian yang akan di lakukan peneliti sekarang dengan menggunakannya.

b               Dalam sebuah tesis yang ditulis oleh Yeni Solihah berjudul “Efektivitas Penggunaan E-Book Dalam Meningkatkan Literasi Keagamaan Siswa Kelas III MI As-Salamah Pamulang II Tangerang Selatan”.

Penelitian kedua ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas penggunaan buku elektronik (e-book) dalam meningkatkan literasi keagamaan Siswa Kelas III MI As-Salamah, Pamulang II, Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan e-book yang sudah dilaksanakan kurang lebih 4 tahun di MI As-Salamah merupakan cara pembelajaran yang sangat praktis dan simpel, memudahkan siswa dan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, serta siswa dapat belajar kapan dan di mana pun karena e-book mudah dibawa, lengkap, dan praktis.

Persamaan dalam penelitian ini adalah sama sama menggunakan metode penelitian kualitatif dengan melihat fenomena lapangan. Adapun perbedaannya adalah subyek dan obyek,serta cara yang dilakukan dalam penanaman literasi keagamaan.

c                Dalam sebuah jurnal yang ditulis oleh Nasikhatul Umami dkk “Efektivitas bimbingan kelompok dengan teknik modeling dan teknik group exercises untuk meningkatkan kompetensi literasi keagamaan”.

Penelitian ketiga ini bertujuan untuk: 1) Menganalisa tingkat kompetensi literasi keagamaan, 2) Menganalisis tingkat keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik Modeling dalam meningkatkan kompetensi literasi keagamaan, 3) Menganalisis tingkat keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik Group Exercises dalam meningkatkan kompetensi literasi keagamaan, 4) Menganalisis perbedaan keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik Modeling dan teknik Group Exercises dalam meningkatkan kompetensi literasi keagamaan

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu atau quasy experimental design. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X MA Al Manar Kabupaten Semarang yang terdiri atas 2 kelas dengan jumlah 36 orang peserta didik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan skala psikologi. Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan Paired-Sample T Test.

Persamaan pada penelitian ini adalah terletak pada tujuan yaitu untuk meningkatkan literasi keagamaan. Sedangkan perbedaannya adalah terletak pada jenis penelitian, data serta desain yang digunakan dalam penelitian dan juga media yang digunakan dalam penelitian tersebut.

 

B              Landasan Teori

1               Pembina

a.       Pengertian Pembina

Pembina adalah orang yang melakukan pembinaan, bimbingan, arahan serta nasehat kepada orang yang  mengalami masalah dan juga kesulitan prestasi belajar, sehingga dapat dibantu untuk mencari jalan keluar yang tepat.

Sedangkan Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapatkan imbuhan pe-an, sehingga ketika digabungkan dengan kata dasarnya menjadi kata pembinaan. Pembinaan didefinisikan sebagai usaha, action dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.[11]

Pembinaan juga bisa diuraikan sebagai upaya pendidikan formal maupun non formal yang dikerjakan secara sadar, berencana, terarah teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan atau keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal pribadi yang mandiri.[12]

 

b.      Peran Pembina

Seperti yang telah dijabarkan di atas bahwasannya Pembina adalah orang yang melakukan bimbingan,serta membina. Hal ini menunjukan bahwa Pembina merupakan bagian penting dalam komunitas. Bisa di katakan juga bahwa Pembina merupakan seorang guru besar karena melakukan sesuatu tanpa pamrih, melakukan sesuatu untuk kebaikan orang yang dibina agar menjadi manusia yang merdeka sesuai tuntunan ajaran agama islam yaitu Al- Qur’an dan As- Sunnah.

Peran Pembina pada umumnya juga memiliki perbedaan. Ada Pembina yang memiliki sertifikat dan tidak dalam suatu lembaga tertentu misalnya saja, Peran Pembina pramuka dalam kegiatan pramuka di SMA Negeri 4 Magelang, terdapat perbedaan, pembina yang memiliki sertifikat lebih aktif dan terjun langsung dalam kegiatan dan lebih bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai pembina. Sedang peran pembina yang belum memiliki sertifikat cenderung pasif dan kurang memiliki kemampuan dalam program pembinaan. Dengan demikian peran Pembina yang bersertifikat lebih dominan dibanding dengan yang belum bersertifikat.

Sebagaimana dalam komunitas Sang Musafir pembinanya tanpa ada tipikal seperti yang disebutkan diatas. Itulah sebabnya kenapa penulis menyebutkan bahwa Pembina juga bisa disebut dengan seorang guru karena tanpa pamrih dalam memberikan baik itu nasehat tenaga maupun pikirannya demi kebaikan bersama.

Berdasarkan uraian di atas bisa di simpulkan bahwa peran Pembina adalah sebagai berikut :

1)            Sebagai orang tua

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa, “ Orang tua adalah ayah ibu kandung”. Selanjutnya A. H. Hasanuddin menyatakan bahwa, “Orang tua adalah ibu bapak yang dikenal mula pertama oleh putra putrinya”. Dan H.M Arifin juga mengungkapkan bahwa “Orang tua menjadi kepala keluarga”.[13]

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga. Pada umumnya Pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.[14]

Sebagaimana dari uraian di atas tentu orang tua memiliki tipikal tersendiri yaitu membimbing, membina, mengarahkan, mengajari, menasehati, memberi penjelasan serta menanamkan nilai-nilai agamis untuk anaknya. Begitu pun dengan seorang Pembina melakukan hal yang sama kepada anggotanya dalam komunitas.

2)            Sebagai Guru

 Guru sebagai pendidik dan pengajar merupakan salah satu faktor penentu  keberhasilan setiap upaya Pendidikan.[15] Begitu pula dengan seorang pembina merupakan faktor penentu dalam menentukan serta menigkatkan kualitas kadernya dengan mengajari, berbagai keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan kebutuhan.

3)            Sebagai kakak

Pembina juga bisa sebagai seorang kakak untuk para kadernya dalam hal ini dalam sebuah lembaga  perannya tidak akan terlepas sebagai seorang kakak yakni akan melindungi dan menemani, meyertatai, membimbing adik adiknya serta memberikan kesempatan untuk mengelola kesatuan.

4)            Mitra

Pembina juga bisa dikategorikan sebagai temannyang dapat dipercaya bersama-sama untuk menggerakan kegiatan yang menyenangkan sesuai usia golongan. Hal ini di karenakan dalam perkumpulan tentu ada tujuan yang perlu di capai. Jika tidak ada pendekatan yang dilakukan oleh pembina kepada anggotanya di komunitas maka apa yang disampaikan baik itu dalam bentuk perintah maupun nasehat maka sebagai kecil hal itu hanya akan di jadikan sebagai tekstual saja di kepala, karena tidak bisa membuat kader menjadikan partner dalam mencapai tujuan.

5)            Konsultan

Konsultasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pertukaran pikiran untuk mendapatkan kesimpulan baik itu nasehat, saran, dan sebagainya yang dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Pengertian konsultan juga bisa didefinisikan sebagai suatu bentuk hubungan tolong-menolong yang dilakukan oleh seorang professional yang disebut konsultan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa konsultasi diartikan sebagai pertimbangan orang terhadap suatu masalah.[16]

Sebagaimana dilihat dari tugas dari pembina itu sendiri adalah menasehati, memberikan masukan serta saran kepada anggotanya di dalam komunitas sehingga apa yang dilakukan bisa tertatah sesuai apa yang di nasehati oleh pembina itu sendiri. Dari bebarapa uraian di atas jalaslah bahwa pembina juga sebagai tempat bertanya dan konsultasi tentang berbagai masalah.

6)             Motivator

Sebagimana dalam Kamus Besar Bahasa  Indonesia  (KBBI)  motivator diartikan sebagai  orang  (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu atau pendorong.[17]

Sehingga dapat    dipahami    bahwa    motivator yaitu orang yang memiliki profesi selayaknya  profesi  guru, pedagang, dan karyawan. Hal ini berarti selain dari yang disebutkan di atas Pembina juga bisa sebagai seorang motivator untuk para kadernya. Sebagai penggerak untuk meningkatkan kegiatan yang serta meningkatkan semangat untuk maju.

7)             Fasilitator

Pembina juga di sebut sebagai fasilitator karena ia jua tidak terlepas dari kadernya yang selalu mengarahkan dan memberikan serta memfasilitasi berbagai kebutuhan dan kegiatan para anggota komunitas.

 

3.      Fungsi Pembina

Sebagai orang yang di berikan amanah untuk mendampingi serta mengarahkan para kader dalam komunitas tentu Pembina juga memiliki fungsi yang seringkali tidak dapat dipisahkan dari fungsi satu ke fungsi yang lain, serta di gunakan secara bersamaan yaitu Pengamat. Pembina berfungsi untuk memantau dan mengamati tingakah laku dan pekembangan serta dinamika dari kelompok. Tentu dalam proses Pembina tidak lupa untuk membawa catatan kecil yang di gunakan untuk mencatat hal-hal yang di anggap penting selama dalam proses pengamatan.

 

2               Literasi Keagamaan

a.       Pengertian Literasi Keagamaan

Literasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu, kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup.

Marfu’i menuliskan bahwa literasi adalah penciptaan dan sekaligus interpretasi makna teks dengan memperhatikan situasi sosial, dan historis, serta situasi kultural. Relasi teks dan konteks yang direfleksikan menjadi penting kedudukannya di sini. Karena itu literasi sangatlah dinamis, yang menggambarkan luasnya kemampuan kognisi, kemampuan tentang bahasa yang tertutur maupun tertulis, pengetahuan akan genre dan pengetahuan tentang budaya.[18] Literasi juga dimaknai sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis sesuai dengan tingkatan yang benar, walaupun kesesuaian (appropriateness) itu sendiri masih diperdebatkan. Pada akhirnya, tidak ada standar universal tentang makna literasi.[19]

Literasi (literacy) bukan hanya dalam arti sempit berupa kemampuan individu dalam membaca dan menulis, melainkan meliputi kontinum pembelajaran yang memungkinkan individu dapat mencapai tujuan hidup mereka, mengembangkan pengetahuan dan potensinya, dan partisipasinya secara penuh dalam kehidupan sosial mereka secara luas.[20] Hal ini senada dengan apa yang disampaikan Pangesti Wiedarti, dkk [21] bahwa literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis.

Berdasarkan uraian dari literasi di atas dapat disimpulkan bahwa literasi tidak hanya diartikan sebagai kemampuan membaca menulis tetapi lebih dari itu yaitu memahami apa yang dibaca dan ditulis.

Keagamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan keagamaan. Sehingga keagamaan jika dispesifikasikan bisa diartikan sebagai Religiusitas.

Religiusitas merupakan suatu keadaan, pemahaman dan ketaatan seseorang dalam meyakini suatu agama yang diwujudkan dalam pengamalan nilai, aturan, kewajiban sehingga mendorongnya bertingkah laku, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari.[22]

Sebagaimana yang diungkapkan juga oleh Prothero, ia menjelaskan bahwa literasi agama mengacu pada kemampuan untuk memahami dan menggunakan dalam kehidupan keseharian dari blok bangunan dasar tradisi keagamaan yang mencakup konsep kunci seperti simbol-simbol, doktrin, praktik, ucapan, karakter, metafora dan narasi. Lebih lanjut Prothero juga menjelaskan bahwa literasi Islam dapat mengacu pada pengetahuan dasar sejarah Islam, praktik-praktik utama dari rukun Islam, dan simbol-simbol dasar, kepahlawanan, dan kisah-kisah Al-Qur’an. Literasi agama juga bisa mengacu pada pembagian berbagai kapasitas fungsional seperti literasi ritual, literasi pengakuan, literasi denominasi, dan literasi narasi. Sebagaimana bentuk literasi lainnya, makna literasi agama merupakan praktik yang lebih cair dari pada kondisi tetap.[23]

Selanjutnya gagasan literasi agama ini dikembangkan oleh Gallagher. Baginya, literasi agama harus mencakup tidak hanya tingkat penguasaan informasi atau pengetahuan dasar tapi juga beberapa wawasan tentang bagaimana orang menggunakan pengetahuan dasar itu untuk mengorientasikan diri mereka di dunia, mengekspresikan pemahaman diri individual dan komunal mereka, dan memberikan arah dan makna bagi hidup mereka. Untuk menjadi literat soal agama, seseorang perlu mengetahuai sesuatu tentang dinamika agama, mekanisme, dan proses tentang bagaimana beragama.[24] Penjelasan ini sejalan dengan pendapat Fujiwara yang menyatakan bahwa literasi agama seharusnya bukan semata-mata akumulasi pengetahuan tentang tradisi agama, tetapi lebih pada sebuah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan tersebut untuk mereaksi secara aktif dan tepat atas persoalan agama yang sebenarnya.[25]

Sebagaimana yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa literasi keagamaan adalah segala kemampuan aktivitas yang dilakukan oleh individu baik itu menulis, membaca atau pembelajaran lain yang berbasis keagamaan.

Konsep keagamaan pada penelitian ini mengacu pada pengertian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang berhubungan dengan agama. Dengan demikian konsep literasi keagamaan yang diajukan dalam penelitian ini dibatasi dengan kemampuan membaca, menulis dan memahami ajaran agama Islam dan melihat bagaimana mereka mempraktekkan apa yang mereka baca, tulis dan pahami serta menekankan bagaimana penganut agama dapat menjadikan agama sebagai pedoman hidup dan mampu menjawab berbagai problem, bukan malah melahirkan problem sosial dan kemanusiaan dengan mengatasnamakan agama.

b.      Arti Penting Literasi Keagamaan

Maraknya kebencian dan Hoax di tengah-tegah masyarakat saat ini telah menjadi suatu budaya yang tak bisa di pilah lagi karena berita serta media yang begitu cepat mempublish, membuat masyarakat tak mampu membedakan fakta yang sebenarnya dilapangan. Inilah yang kemudian menjadi suatu problem yang berkepangjangan.

Banyaknya berita  hoax yang begitu cepat trandding karena dangkalnya pemahaman serta kurangnya sosialisasi terhadap pemahaman berita-berita valid dan masyarakat Indonesi juga selalu membonceng sentimen agama. Belum lagi ujaran kebencian yang juga sering disebar lewat grup-grup percakapan. Sehingga kohesi sosial dalam kehidupan bernegara bisa terancam. Bukan hanya di Indonesia, tapi komunitas di mana pun yang anggota masyarakatnya beragam juga akan bermasalah.

Sebagaimana yang diuraikan di atas tentu literasi keagaaman sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Sebab dalam kehidupan tidak akan pernah terlepas dari berita-berita Hoax. Menerima segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa pernah mempertanyakan atau mengkritisinya tak lain ubahnya adalah seperti iman buta. Alih-alih membawa ketentraman, ia bisa memicu serta membawa petaka dalam kehidupan masyarakat yang beraneka keyakinan. Tidak hanya antar-agama, melainkan pemahaman terhadap satu sama lain intra-religi juga menjadi kebutuhan untuk mewujudkan perdamaian.

 

 

 

3                    Kajian Keislaman

a.      Pengertian Kajian Keislaman

Kajian dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mengkaji. Kajian adalah hasil dari mengkaji sesuatu. Kajian berasal dari kata Kaji yang berarti penyelidikan tentang sesuatu. Apabila seseorang mengkaji sesuati berarti seseorang tersebut belajar, mempelajari, memeriksa, menyelidiki akan suatu hal yang akan menghasilkan suatu Kajian. Proses yang dilakukan saat mengkaji sesuatu adalah disebut sebagai Pengkajian.[26]

Keislaman dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang bertalian dengan agama islam. Lebih jauh lagi jika lebih di spesifikasikan lagi bahwa keislaman berasal dari kata Islam yang artinya agama yang di ajarkan  oleh Nabi Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah SWT.

Kajian keislaman juga di sebut sebagai kegiatan keagamaan Jadi kegiatan keagamaan merupakan segala bentuk kegiatan yang terencana dan terkendaali berhubungan dengan usaha untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dalam tahap pelaksanaannya daapat dilakukan oleh orang perorangan atau kelompok.[27]

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer kata kegiatan mempunyai arti aktifitas, pekerjaan.[28] Sedangkan pengertian keagamaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal yang berhubungan dengan agama.[29]

Sebagaimana yang diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kajian keislaman adalah penyelidian, pembahasan serta cara, proses melakukan pembelajaran tentang hal-hal yang di ajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, baik itu dilakukan dengan diskusi dengan narasumber ( Paham tentang keislaman) maupun dengan proses membaca yang tidak terlepas dari bimbingan oleh guru.

 

b.      Obyek Kajian Keislaman

Obyek kajian keislaman adalah variabel atau apa yang menjadi titik perhatian suatu yang berhubuungan dengan keislaman mulai dari tauhid, ibadah, muamalah, pembentukan akhlak, puasa dan lain sebagainya.

Sebagaimana dalam penelitian ini peneliti lebih mendahulukan obyek kajian keislaman pada aspek ibadah dalam hal ini adalah pelaksanaan sholat lima waktu,

 

4.        Faktor Penghambat Dalam Menanamkan Literasi Keagamaan Melalui Kajian Keislaman

 

1           Dalam penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai macam kendala-kendala yang dihadapi dalam penanaman penanaman literasi keagamaan melalui kajian kesilaman. Kendala-kendala ini muncul di lingkungan pergaulan antar teman sebaya yang dianggap berbeda dari yang lain. Terdapat bullying terhadap teman yang mengalami perubahan dalam bersikap sehari-hari sesama teman sekelas. Tindakan bullying tampak dari perkatan-perkataan bernada meremehkan yang diberikan kepada kalangan yang memutuskan berhijrah oleh lingkungan teman sebayanya.

2           Materi-materi yang di berikan dalam setiap kajian belum terstruktur, sehingga kajian yang dilakukan tidak tuntas.

3           Terdapat juga anggapan yang memutuskan untuk berhijrah merupakan akibat dari putus cinta (asmara). Sehingga mereka ingin mencari ketenangan (tidak galau) dengan mengikuti kajian-kajian yang diadakan Masjid-masjid setempat dan melihat konten-konten bernuansa keagamaan melalui media sosial seperti Instagram, Whatsapp dan Youtube. Konten-konten yang bertemakan asmara menjadi primadona bagi kalangan remaja

4           Banyak anggota Komunitas Sang Musafir  dalam mengikuti kegiatan kajian keislaman selalau datang di luat waktu yang telah di tetapkan, sehingga penerimaan materi tidak terlalu banyak akibat keterlambatan yang dilakukan.

 

5.        Faktor Pendukung Dalam Menanamkan Literasi Keagamaan Melalui Kajian Keislaman

 

1.      Dalam pembelajaran penanaman dengan kajian keislaman ada 10 orang yang aktif dan bersemangat serta mengajak teman teman yang lain untuk mengikuti kajian kesilaman.

2.      Motivasi yang di berikan oleh Pembina serta senior- senior kepada Angkatan dibawahnya, sebab tanpa adanya motivasi para mahasiswa yang ada di Komunitas Sang Musafir akan mudah jenuh dalam megikuti kajian keislaman. Oleh karena itu, narasumber yang di undang dalam mengisi kajian keislaman wajib setiap pertemuannya untuk terus memberikan motivasi sehingga tidak akan kehilangan semangatnya dalam mengikuti kegiatan kajian keislaman

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

A.           Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif.  Menurut  pendapat  Mantra  dalam  buku  Moleong  yang dikutip oleh Sandu Siyoto dipaparkan bahwa metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.[30]

Definisi  yang di sampaikan di atas menandakan beberapa kata kunci dalam riset kualitatif yaitu : proses, pemahaman, kompleksitas, interaksi, serta manusia. Proses dalam melaksanakan penelitian merupakan penekanan dalam riset kualitatif, oleh sebab itu dalam melakukan proses penelitian, penelitian lebih berfokus pada proses dari pada hasil akhir.

Isi dari penelitian kualitatif data yang di kumpulkan berupa kata-kata bukan angka. Penelitian ini menggambarkan data serta menguraikan data yang di peroleh dari hasil wawancara,catatan, dan dokumentasi yang kemudian di diskripsikan[31], untuk memberikan informasi yang jelas tentang pembahasan “upaya pembina dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman studi kasus komunitas sang musafir mahasiswa universitas muhammadiyah ponorogo”

 

B.            Lokasi Penelitian

Peneliti megambil tempat untuk penelitian di komunitas Sang Musafir yang berlokasi di Kecamatan Babadan, Kabupaten. Ponorogo. Tepatnya Jln. Cindewilis no. 20 Kertosari.

Adapun peneliti memilih tempat penelitian ini adalah berdasarkan permasalahan yang timbul di lembaga tersebut berbeda dengan yang seharusnya terjadi. Menurut peneliti permaslahan yang ada di lembaga ini menarik untuk diteliti karena hal yang terjadi tidak sebagaimana mestinya.

 

C.           Sumber Data

Penelitian terdapat dua sumber data yaitu:

1.             Sumber Data Primer

Data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data dari pihak pertama kepada pengumpul data yang biasanya melalui wawancara.[32]

Sumber data primer di peroleh langsung dari sumber yang asli tanpa melalui perantara siapapun, Sumber data yang utama dari penelitian kualitatif ini adalah ucapan  dan  tindakan  dari  subjek  atau  narasumber  yang  diyakini reliabel dalam memberikan informasi. Sesuai dengan pendapat lofland yang dikutip oleh “Moleong” bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata atau tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.[33] Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan oleh penulis adalah sumber data primer dan sekunder. Dimana sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung yang dikumpulkan melalui survey di Komunitas Sang Musafir melalui wawancara kepada informan yaitu Pembina, Dewan Penasehat serta Kabid dari devisi keagamaan mengenai kebutuhan judul peneliti.

 

2.      Sumber Data Sekunder

Sumber data sukender mengunakan bahan yang bukan dari sumber utamahsebagai sarana untuk memperoleh data atau informasi untuk menjawab masalah penelitian. Penelitian ini juga di kenal dengan penelitian yang mengunakan studi kepustakaan dan biasanya di gunakan oleh para peneliti yang menganut pendekatan kualitatif.

Sumber data sekunder sebagai mempermudah peneliti dalam mengumpilkan dan menganalis hasil penelitian untuk memperkuat validitas data.

 

D.           Instrumen Pengumpulan Data

1               Wawancarar(interview)

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara, keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara.

Pewawancara adalah orang menggali informasi dari obyek dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang di rasa penting dalam menunjang data penguat, orang yang kita wawancarai harus paham akan data, informasi yang diperlukan. Informasi wawancara ini dari pihak komunitas Sang Musafir yaitu Pembina sekaligus sebagai pencetus komunitas tentang upaya pembina dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman studi kasus komunitas sang musafir mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

2               Obsevasi

Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, prilaku, obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang di perlukan dalam mendukung penelitian yang sedang di lakukan. Untuk mendapatkan data yang akurat.

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan terhadap suatu hal baik berupa objek, subjek maupun kejadian secara sistematis. Hasyim Hasanah mengutip pendapat dari Adler & Adler sebagai salah satu pakar metodologi yang memiliki perhatian besar pada kegiatan observasional yang menyatakan bahwa, observasi merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh kemampuan pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, perasa, sentuhan yang dilakukan secara aktif dan sistematis berdasarkan fakta atau kejadian yang nyata dan empiris.[34] Penelitian kualitatif ini menggunakan jenis teknik observasi partisipatif dimana peneliti berpartisipasi  secara  aktif  dalam  proses  penelitian  mulai  dari terlibat  secara  langsung,  melihat,  mendengar  dan  mencatat  hal yang diamati.

 

3               Dokumentasi

Dokumentasi adalah rangkaian proses penyimpanan bukti-bukti sedapat mungkin merekam kejadian atau peristiwa. Dalam hal doku- mentasi pementasan, jelaslah bahwa dokumentasi mencakup penyimpanan foto-foto, vcd, dvd dan lain sebagainya.[35] Dokumenkyang di teliti yangyberhubungan denganrkelembagaan.

 

E.            Analisis Data

Proses analisis data kualitatif menyatu dengan aktivitas pengumpulan data yang meliputi reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan hasil penelitian.[36] Ada tiga unsur utamakdalam proses analisisgdata pada penelitian kualitatif, yaitu: reduksiddata. Sajiankdata (data display), dan penarikan kesimpulanlatau verifikasi.

Model analisis data pada ini mengikuti konsep yang diberikan sugiyono yaitu:

1               Reduksi data

Data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi perlu dicatat secara rincigdan teliti. Yang lebih memfokuskan pada hal-hal yang lebih penting data di analisis untuk memperoleh gambaran tentang upaya pembina dalam menanamkan literasi keagamaan melalui kajian keislaman studi kasus komunitas sang musafir mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo

2               Penyajian data

Penyajian data dalam penelitian kualitatif bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan sejenisnya.

3.                  Pengambilan kesimpulan

Kesimpulan akhir pada penelitian kualitatif tidak akan ditarik kecuali setelah pengumpulan data selesai. Kesimpulan yang dibuat harus diverifikasi, di tinjau kembali pada cacatan lapangan yang telah di cari sebelumnya. Selanjutnya nencari data yang mengarah pada tujuan.

Analisis data dalam penelitian kualitatif ini  dapat di gambarkan dalam alur sebagai berikut :

 

 

F.            Teknik Pengesahan Data/Validasi Data

Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya di tekankan uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitaf, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak terdapat perbedaan antara yang di laporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan terhadap objek yang di teliti.22

Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan, kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data di lapangan. Kegiatan triangulasi dengan sendirinya mencakup proses pengujian hipotesis yang dibangun selama pengumpulan data.23 untuk melakukan pemeriksaan keabsahan data yang di perlukan untuk teknik yang tepat. Berikut teknik pemerikasaan data 24

 

                1.                Perpanjangan keikutsertaan

Keikutseraan peneliti sangat menentukan dalam mengumpulkan data. Keikutsertaan peneliti tidak hanya dilakukan pada waktu yang singkat tetapi memerlukan perpanjagan keikutsertaan peneliti.

                2.                Ketekunan pengamat

Ketekunan pengamat berarti mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses analisis yang konstan dan tentatif mencari apa yang diperhitungkan dana apa yang tidak diperhitungkan.

Dalam ketentuan dan ketekunan pengamatan ini, hal yang di lakukan ketika dilapangan yaitu:

a)             Melakukan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor yang menonjol.

b)            Menelaah pengamatan secara rinci sampai pada satu titik sehingga pemeriksaan awal tampak salah satu atau seluruh faktor yang di telaah sudah di fahami secara biasa.

c)             Menguraikan secara rinci bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaah secara rinci tersebut dapat dilakukan.25

                3.                Trigulasi

Trigulasi dalam pengujian kredibilitas di artikan sebagai pengecekapan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu dengan demikian terdapat tiga macam trigulasi yaitu:

a)             Trigulasi Sumber

Trigulasi sumber untuk menguji kredibilitas di lakukan dengan cara mengecek data yang telah ada melalui baberapa sumber berarti membandingkan dan mengecek balik kepercayaan suatu informasi yang telah di perolel melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dapat di lihat dengan jalan 1) membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara 2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang di katakana secara pribadi 3) membandingan tentang orang yang mengatakan situasi penelitian dengan apa yang di katakanya sepanjang waktu 4) membandingkan keadaan dan persepektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang-orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah dan tinggi, orang pemerintahan.

b)            Trigulasi Teknik

Trigulasi teknik untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda misal data di peroleh dari wawancara, kemudian di cek dengan observasi dan dokumentasi. Bila dengan dua teknik kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut pada sumber data yang bersangkutan untuk memastikan data mana yang di anggap benar.

c)             Mengunakan Bahan Referensi

Bahan referensi disini adalah pendukung untuk membuktikan data yang di temukan peneliti seperti adanya foto-foto atau dokumentasi autentik sehingga dapat dipercaya.26

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anisa, A. R., Ipungkarti, A. A., & Saffanah, K. N.” Pengaruh Kurangnya Literasi serta Kemampuan dalam Berpikir Kritis yang Masih Rendah dalam Pendidikan di Indonesia”. In Current Research in Education: Conference Series Journal (Vol. 1, No. 1).

 

Athaya, A. Z. (2020). “Penggunaan Literasi Digital dalam Pembelajaran Agama Islam Pada Asrama Mahasiswa Panrannuangku Takalar” Yogyakarta. In Prosiding Seminar Nasional Program Pengabdian Masyarakat.

 

Bachrong, F. (2021). “Penguatan Literasi Agama Dan Budaya Pada Masyarakat Bugis Bone: Pengenalan Naskah Mappettu Ada”. ISoLEC Proceedings5(1), 267-272.

 

Habibah, M. (2019). “Pengembangan Budaya Literasi Agama di SMA Negeri 2 Kediri”. Indonesian Journal of Islamic Education Studies (IJIES)2(2), 203-215.

 

Hasan, N. (2018). Literatur Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Apropriasi, dan Kontestasi. Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Press.

 

Heri, T. (2019). “Pembinaan Kesadaran Beragama Sebagai Upaya Peningkatan Pemahaman Agama Islam Di Lapas Kelas IIB Anak Wanita Tangerang”. Jurnal Pendidikan Islam10(2), 142-155.

 

Hermawanto, A., Ashrori, M., & Wekke, I. S. (2019). Tradisi Keislaman di Perguruan Tinggi.

 

Indrawari, K., Hadi, A., & Apriadi, M. (2020). “Peran Ustadz Dalam Meningkatkan Pemahaman Agama Islam Terhadap Mu’allaf Di Markaz Dakwah”. FOKUS Jurnal Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan5(1), 85-94.

 

Irianto, P. O., & Febrianti, L. Y. (2017, June). “Pentingnya penguasaan literasi bagi generasi muda dalam menghadapi MEA”. In Proceedings Education and Language International Conference (Vol. 1, No. 1).

 

Iswanto, A. (2018). “Membaca Kecenderungan Pemikiran Islam Generasi Milenial Indonesia”. Harmoni17(1), 172-179.

 

Jalaludin, J. (2020). “Peran Gaya Kepemimpinan Pondok Pesantren Dalam Meningkatkan Motivasi Literasi Santri”. An-Nidhom: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam5(1), 20-45.

 

Kurniawati, E. (2021). “Media Baru Sebagai Media Literasi Agama Bagi Mahasiswa Tuli di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Al-MUNZIR14(1), 71-92.

 

Majid, Z. A. (2019). “Refleksi Al-Qur'an Dalam Literasi Global (Studi Tafsir Maudhu’i Dalam Kajian Literasi)”. Almarhalah| Jurnal Pendidikan Islam3(2), 81-90.

 

Moko, C. W. (2017). “Pluralisme Agama Menurut Nurcholish Madjid (1939-2005) dalam Konteks Keindonesiaan”. Jurnal Intelektualita6(1).

 

Mulyani, S. (2019). Peran Pembina Asrama dalam Menanamkan Nilai-Nilai Religius Melalui Kegiatan Keagamaan pada Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Islam Tengaran Tahun 2019 (Doctoral dissertation, IAIN SALATIGA).

 

OECD. (2019). PISA 2018 results (Volume I, II, & III): Combined executive summary.

 

Piscayanti, K. S. (2014). “Studi Dokumentasi dalam Proses Produksi Pementasan Drama Bahasa Inggris”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran47(2-3).

 

Putro, Z. A. E. (2020). “Pengayaan Literasi Keagamaan Melalui Akses Buku Keagamaan Penyuluh Agama Di Sulawesi Utara”. Jurnal Lektur Keagamaan18(1), 250-273.

 

Rijali, A. (2019). “Analisis data kualitatif”. Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah17(33), 81-95.

 

Rustandi, R., & Hanifah, H. (2019). “Dinamika Dakwah Komunitas Remaja Islam di Kecamatan Pangalengan”. Anida (Aktualisasi Nuansa Ilmu Dakwah)19(2), 199-224.

 

Sari, E. D. K., Nur, M., Rosadi, M., & Bahri, S. (2020). “Literasi Keagamaan Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri Uin Syarif Hidayatullah Jakarta”. Emanasi: Jurnal Ilmu Keislaman dan Sosial3(1), 21-52.

 

Setiadi, I. K., & Supriadi, Y. N. (2021). “Penguatan Literasi Melalui Taman Baca Berbasis Keagamaan Pesantren Dan Teknologi”. Batara Wisnu: Indonesian Journal of Community Services1(2), 195-203.

 

Sholeh, S. (2018). “Mengulas Literatur Keislaman Generasi Milenial. Jurnal Sosiologi Reflektif”12(2), 413-418.

 

Sidiq, M. (2021). Upaya Guru Dalam Meningkatkan Karakter Santun Siswa Melalui Kegiatan Keagamaan di SMP Negeri 2 Ponorogo (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).

 

Sofanudin, A. (2020). Literasi Keagamaan dan Karakter Peserta Didik. DIVA PRESS.

 

Solihah, Y. (2020). Efektivitas Penggunaan E-Book Dalam Meningkatkan Literasi Keagamaan Siswa Kelas III MI As-Salamah Pamulang II Tangerang Selatan.

 

Supriyati, N. (2015). “Metode Penelitian Gabungan (Mixed Methods)”. Widyaiswara BDK, 1-24.

 

Syahrin, A. A., & Mustika, B. (2020). Makna Hijrah bagi Kalangan Remaja Non Santri: Dampak Penggunaan Media Sosial. Jurnal Studi Agama dan Masyarakat16(1), 61-72.

 

Triawan, A. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Melalui Gerakan Literasi Taman Baca Masyarakat (Tbm) Multi Ilmu Pekon Padang Tambak Kecamatan Way Tenong Lampung Barat (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

 

Umami, N. (2021). “Efektivitas Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Modeling Dan Teknik Group Exercises Untuk Meningkatkan Kompetensi Literasi Keagamaan”. Jurnal Fokus Konseling7(1), 34-39.

 

Wahidin, U. (2018). “Implementasi Literasi Media dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti”. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam7(02), 229-244.

 

Wahidin, U. (2017). “Literasi Keberagamaan Anak Keluarga Marjinal Binaan Komunitas di Kota Bogor”. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam6(02), 14.

 

Yenuri, A. A. (2020). “Penguatan Literasi Keagamaan Islam Moderat Bagi Peserta Didik. Jalie”; Journal of Applied Linguistics and Islamic Education4(01), 140-153.

 

 



[1]  UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Generasi Milenial, Menkominfo, 2019, https://www.kominfo.go.id/content/detail/8566/mengenal-generasi-millennial/0/sorotan_media.

[2] Auliya Burhanuddin. (2019, June 4). Peran Literasi Islam Dalam Perkembangan Peradaban Manusia. Siedoo.Com.

[3] “Masyarakat Indonesia Malas Baca Tapi Cerewet Di Medsos,” accessed February 20, 2020, https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/ teknologi- masyarakat-indonesia-malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media.

[4] OECD, PISA 2018 Results (Volume I): What Students Know and Can Do, PISA (OECD, 2019), https://doi.org/10.1787/5f07c754-en.

[5] OECD, PISA 2015 Results (Volume I): Excellence and Equity in Education, PISA (OECD, 2016), https://doi.org/10.1787/9789264266490-en.

[6] “Literasi Indonesia Ranking Terbawah Kedua Di Dunia,” accessed February 20, 2020, https://www.wartaekonomi.co.id/read224647/literasi-indonesia-ranking- terbawah-kedua-di-dunia.

[7] https://www.kompas.tv/article/251681/fakta-baru-pria-tendang-sesajen-di-gunung-semeru-ternyata-hf-sendiri-yang-unggah-videonya-ke-medsos#:~:text=SURABAYA%2C%20KOMPAS.TV%20%2D%20Polda,sebagai%20tersangka%20kasus%20penistaan%20agama.

[8] Baca artikel detiknews, "Hina Al-Qur'an Lewat TikTok, Pria di Pekanbaru Ditangkap Polisi" selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-5567409/hina-al-quran-lewat-tiktok-pria-di-pekanbaru-ditangkap-polisi.

[9] Noorhaidi Hasan and Dkk, Literasi Keislaman Generasi Milenial: Transmisi, Apropriasi, Dan Kontestasi (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Press, 2018).

[10] Penguatan Literasi et al., “Pengenalan Naskah Mappettu Ada” (2021): 267–271.

[11] Tatta Herawati Daulae, “Pembinaan Karakter Kajian Suroh Al-Furqon Pembinaan Karakter Kajian, Tatta Herawati Daulae Darul ‘ Ilmi Vol . 08 No . 01 Juni 2020 Pembinaan Karakter Kajian, Tatta Herawati Daulae” 08, no. 01 (2020): 1–16.

[12] Ibid.

[13] Ibid.

[14] Ibid.

[15] Ibid.

[16] Tarmin Abdulghani and Muhammad Maulana Hamzah Gozali, “Sistem Konsultasi Dan Bimbingan Online Berbasis Web Menggunakan Webrtc (Studi Kasus : Fakultas Teknik Universitas Suryakancana),” Media Jurnal Informatika 11, no. 2 (2020): 42.

[17] Ibid.

[18]  Lucky Nindi Riandika Marfu’i, “Upaya Pendukung Pembelajaran Literasi Dengan Mengasah Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Teknik Bibliolearning Pada Siswa.” Jurnal Ilmiah Mitra Swara Ganesha 3, no. 2 (2016): 1–18. http://ejournal.utp.ac.id/index.php/JMSG/article/view/476Global.

[19] Cambridge Assessment, "What Is Literacy? An Investigation into Definitions of English as a Subject and the Relationship between English, Literacy and 'Being Literate.'" Cambridge Assessment, January: 24. http://www.cambridgeassessment.org.uk/images/130433-what-is-literacy-aninves-tigation-into-definitions-of-english-as-a-subject-and-the-relationshipbetween-english-literacy-and-being-literate-.pdf. Diakses pada 14 Nopember 2016.

[20] Unang Wahidin. Yahya Muharikul Islam. Putri Fadillah. (2017). Literasi Keberagamaan Anak Keluarga Marjinal Binaan Komunitas di Kota Bogor. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam. 6 (12). hlm. 128.

[21] Pangesti Wiedarti, dkk. (2016). Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. h.8.

[22] dkk Aji Sofanudin, Literasi Keagamaan Dan Karakter Peserta Didik, 2020.

[23] Prothero, Religious Literacy: What Every American Needs to Know--And Doesn’t, 11–14

[24] Eugene V. Gallagher, ―Teaching for Religious Literacy,‖ Teaching Theology & Religion 12, no. 3 (July 2009): 208–21, https://doi.org/10.1111/j.1467-9647.2009.00523.x.

[25] Satoko Fujiwara, ―On Qualifying Religious Literacy: Recent Debates on Higher Education and Religious Studies in Japan,‖ Teaching Theology & Religion 13, no. 3 (2010): 223–36, https://doi.org/10.1111/j.1467-9647.2010.00615.x.

[26] Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Gitamedia Press, hlm. 382.

[27] Mochamat Sidiq, “Upaya Guru Dalam Meningkatkan Karakter Peduli Lingkungan Pada Siswa Melalui Kegiatan Sabtu Bersih Di SMP Negeri 2 Jetis Ponorogo” (2020),

[28] Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English Press, 1991), 475.

[29] Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), 12.

[30] Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media Publishing, 2015), 28.

[31] Hardani, dkk.,Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Yogyakarta: CV, Pustaka Ilmu Group, 2020), 273.

[32] Sektor Usaha et al., “Volume VIII / No . 2 / OKTOBER 2016 ISSN : 2086-0447 Jurnal Riset Akuntansi – Volume VIII / No . 2 / Oktober 2016 i Program Studi Akuntansi – Universitas Komputer Indonesia” VIII, no. 2 (2016).

[33] Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Hlm. 112.

[34] Hasyim Hasanah. “Teknik-teknik Observasi”. Jurnal At-Taqqadum, Vo. 8 No.1 (2016), 25-26.

[35] kadek Sonia Piscayanti, “Studi Dokumentasi Dalam Proses Produksi Pementasan Drama Bahasa Inggris” (2001): 94–103.

[36] Ibid.

22 Ibid. hal. 269

23 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik, hal. 218

24 lexy.J.Moeleong, op, cit. hal. 327

25 Ibid, hal. 329

26 ibid, hal. 369-375

Comments

Popular posts from this blog

SARJANA BERJIWA IBLIS ?

Oleh : Dude Sahabat yang memiliki cahaya akal sehat. Apa yang anda fikirkan tentang judul diatas? Apakah anda sudah ada bayangan dengan uraian dari tema diatas? Apakah anda penasaran dengan kalimat di atas? Apakah anda bertanya-tanya akan diarahkan kemana kalimat diatas? ataukah anda bertanya tentang hubungan antara sarjana dan iblis?,Dalam kesempatan ini penulis akan lebih jauh lagi mengajak para pembaca untuk memahami eksistensi sarjana. Tapi Sebelum diuraikan lebih jauh lagi, penulis selalu mengingatkan agar Cahaya akalnya selalu di aktifkan biar tidak baper apalagi sensitive,, “Seluk beluk status sarjana” Sarjana adalah orang yang telah menyelesaikan studi Pendidikan-nya level strata satu(S1). Atau singkatnya adalah sarjana adalah mantan mahasiswa. Sebelum kearah sarjana kita mesti kenal dan harus paham lebih dalam tentang mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa adalah orang yang menempuh pendidikannya di perguruan tinggi, atau singkatnya penulis menyebutnya mahasiswa adalah “kakak

JANGAN KELIRU TENTANG ADAB DAN AKHLAK

Gambar. Adab murid terhadap Guru Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kalimat adab dan akhlak. ada juga kata lain  yang sering di lontarkan oleh orang-orang misalnya kata moral, tata krama, sopan santun, etika. Kalimat itu paling seing di dengar di kalangan akademisi, komunitas dan di kalangan masyarakat. Tapi pertanyaan standarnya adalah apakah pengertian dari kata diatas?, sudah benarkah menempatkan kata diatas buat orang lain?, seperti apa ukuran standar hingga di sebut kata diatas?, atau hanya sekedar memakai saja kata diatas untuk terlihat sempurna ketika berbecara di depan public?. Pada kesempatan ini penulis akan sharing tentang materi di atas berdasarkan paparan dari Ust. Dr. Bambang Wahrudin, M.Pd dalam suatu kajian yang di laksankan oleh Komunitas Sang Musafir sekaligus di moderatori oleh seorang kader tulen Bernama Ariani. Gambar 2. Penjelasan Adab, Akhlak, Etika, Sopan Santu, Moralitas, Adat Istiadat Dalam kesempatannya sebelum memberikan lebih jauh tentang ma

KETEBALAN ISI AMPLOP MENJADI PORTAL DUDUK DI KURSI PEMERINTAHAN?! CERDAS, CERMAT DAN TEPAT MASYARAKAT MEMILIH DAN MEMILAH KETEBALAN ISI AMPLOP DIPESTA DEMOKRASI TAHUN 2024 II Tinta Peradaban

Penulis Dude Pesta demokrasi adalah sebuah kompetisi yang dilakukan oleh para individu yang ingin maju di kursi pemerintahan. Sebuah usaha yang cukup serius untuk maju kedalam kursi pemerintahan, banyak para calon melakukan sebuah upaya demi terwujudnya keinginannya tanpa berpikir panjang lebar kedepannya. Tulisan ini tidak cukup hanya dibaca. Perlu dikaji kata-katanya, diserap hikmahnya. Digali kekuatan tersembunyi-nya. Gunakan cahaya akal-nya untuk meledakan dan kebaharuan serta kemajuan masa depan bangsa. Saat membaca, hubungkan dengan wawasan dan pengalaman anda, hasilkan gagasan baru dan cemerlang, bangunkan jiwanya, gugah obsesinya. selamat membaca. Ada banyak kisah dan cerita lucu dengan tingkah laku para calon demi terealisasinya Hasrat yang menggebu di kursi pemerintahan. Tak urung, barang dagangan mereka pun digadaikan demi menyokong dana mereka. Meskipun kemudian semuanya berhasil, berhasil dalam arti sesunggunya, serta berhasil dalam arti sukses membuat mereka stress