![]() |
Gambar Rapat Besar Komunitas Sang Musafir |
Dalam suatu kegatan tahunan yang melibatkan
semua kalangan, baik pemuda, orang tua, pemerintahan maupun para kontingen yang
berasal dari seluruh penjuru tentu suatu hal yang menjadi catatan positif bagi
suatu daerah yang mengadakan kegiatan tersebut. Tapi tidak menutup kemungkinan
kegiatan tersebut akan mengalami polemic antara satu dengan yang lainnya. Misalnya
angkat bendera (cabut bendera), angkat bendera (cabut bendera) merupakan
suatu istilah yang di lakukan oleh suatu kontingen dalam mengikuti kegitan karena
merasa sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang di sepakati atau merasa di rugikan dalam suatu kegiatan.
Dalam suatu kegiatan tidak banyak kita
dengarkan bahwa ada salah satu kontingen yang angkat bendera (cabut bendera)
karena alasan-alasan tertentu. Pada kesempatan akan mengulas salah satu perkumpulan
yaitu Komunitas Sang Musafir angkat bendera dalam suatu kegiatan tahunan.
Dalam suatu momen evaluasi komunitas Sang Musafir membahas perihal asbabu nuzul dari pencabutan bendera. Dari evaluasi tersebut ketua Bernama Adrianto memimpin rapat evaluasi. Satu pertanyaan yang muncul adalah sebagai berikut :
Kenapa
Musafir angkat bendera di acara reuni?
Dalam satu kesempatan seorang pengurus dari kaum hawa bernama Sulastri Ningsih memberikan tanggapannya, berhubung beliau juga ikut serta dalam kegiatan tersebut. Beliau menyampaikan bahwa : “Komunitas itu angkat bendera bukan karena tanpa sebab, melainkan karena pertama : sifat internal yang kurang kompak. Masa di acara pembukaan baru mau datang itu pun juga Sebagian. Kedua : jadwal yang di berikan panitia boomerang, tidak di tempel. Ketiga : miss komunikasi bahkan sulitnya panitia untuk di hubungi dalam hal ini menanyakan jadwal kegiatan, mereka tidak ada di secret”.
Hal
tersebut juga di sampaikan oleh Aris Adi Saputera yang juga ikut serta dalam
kegiatan reuni ia menyampaikan bahwa :
“kita angkat bendera itu karena merasa sudah tidak masuk akal dengan kebijakan panitai misalnya masalah waktu. Ketika kita datang terlambat hanya beberapa menit saja didiskualifikasi sedangkan ada kontingen yang terlambat bahkan hampir stengah jam panitia biasa-biasa saja, kemudian masalah jadwal pertandingan, tiba-tiba musafir dinyatakan TKO. Ini kan menjadi aneh dan kurang masuk akal.
Tentu
dengan kondisi dan suasana yang sama akan memiliki pemikiran yang berbeda-beda
dalam melihat polemik tersebut apalagi dalam kegiatan tersebut juga Sebagian ada
yang menjadi panitia. Seorang senior sekaligus Dewan yaitu La Harjono, S.E memberikan tanggapannya
perihal tersebut. Beilau menyampaikan :
“saya
lebih condong yang turun untuk ikut reuni kemarin. Langkah pertama kita sudah
salah. Bukan kesalahan panitia semua karena saya juga panitia walaupun panitia
bebas. Justru kekompakan kita yang kurang membuat kita seperti ini. Dari Bau-Bau
sudah jarang ngumpul, tiba di Batuatas juga seperti itu.”
“kita ini selalu mengharapkan senior-senior untuk mendampingin kita. Kalau begini terus kapan kita bisa.” Tambahnya !
Hal ini juga di sampaikan oleh Cahyani. Ia menyampaikan : “benar apa yang di sampaikan kak jon. Apa yang di rencanakan di Ponorogo tidak sesuai dengan ekspektasi kita saat tiba di kampung. Semua sibuk dengan urusan masing-masing. Di Batuatas juga seperti itu, kita mau kumpul ketika kegiatan sudah mau mulai. Ketika di Ponorogo baru mau kumpul lagi. Kok bisa begitu
Hal
ini juga di sampaikan oleh Jufendri, S.E. Beliau menyampaikan bahwa :
“yang
saya ingin sampaikan pertama adalah masalah di Internal Musafir ini. Kita ini
aneh ketika di Ponorogo kekompakannya luas biasa tetapi ketika sudah pulang di
kampung semua sudah pisah-pisah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Sebenarnya
teman-teman musafir ini belum punya jiwa berorganisasi. Bagaimana mungkin
ketika mau latihan voli,vocal group dan kegitan -kegiatan lain selalu tidak
cukup. Dan lebih parahnya komunikasinya tidak ada. Ini adalah catatan yang perlu
di perbaiki. Padahal kita punya visi-misi yang jelas. Kita sudah bahas masalah
secret untuk pulang nanti tapi tidak di tempati. Bahkan di Batuatas pun tidak
latihan bagaimana mau menang. Memang benar panitia salah juga tapi tidak bisa
disalahkan seutuhnya.”
Harapan
yang di miliki oleh semua orang dalam lingkup perkumpulan itu pasti ada. Dan sebuah
keberhasilan yang dimiliki oleh perkumpulan itu adalah bertambahnya kader terus
menerus. Tapi tidak menutup kemungkinan juga gang namanya perkumpulan tentu
tidak akan terlepas dari namanya dinamika, dan itu adalah bagian dari tantangan
yang merupakan cikal bakal untuk kekuatan perkumpulan itu ketika di hadapi dengan
solusi yang matang. Bahkan naik turunya reputasi pasti ada. Hal ini di
sampaikan oleh Indra, Ia menyampaikan bahwa :
“saya dengar dulu sejarah musafir sangat yang namanya masalah kekompakan itu sangat kuat,sangat di junjung. Tapi kenapa semakin bertambahnya kuantitas ini kekompakan itu semakin hilang. Ada apa ini?. Dalam satu kesempatan saat waktu berbuka puasa ada agenda yang dilaksanakan oleh Pembina. Pembina telah menyiapkan makanan untuk kader-kadernya malah Sebagian yang datang. Padalah beliau adalah ayahanda kita, sejauh ini beliau masih pedulikan kita. Saya kalau ketua yang panggil mungkin akan mempertimbangkan terlebih dahulu tapi ini orang yang sudah kita anggap orang tua malah rasa penghormatan kita sama beliau tidak ada. Dari banyaknya masalah-masalah tersebuh saya lebih kasihan dengan teman kita cahya. Ia rela tidak lebaran dan berkumpul bersama keluarganya demi kemaslahatan komunitas ini. Kenapa kita tidak bisa melihat dan membaca itu. jadi berpikirlah kedepannya jika ada tanggung jawab seperti ini.”
Polemic-polemik
yang ada jika di sikapi dengan kepala dingin maka tidak akan ada perpecahan dan
pertentangan yang melekat pada komunitas. Tidak mungkin ada asap kalau tidak
ada api. Tidak mungkin terjadi masalah kalau bukan ada yang memicunya. Dalam kesempatannya
setelah semua telah berbicara dengan memberikan tanggapannya. Ketua mempersilahkan
Pembina untuk berbicara :
Pembina
menyampakan bahwa ada beberapa catatan yang perlu di pahami dan di sikapi dengan
baik yaitu
Pertama
:
“punya ilmu tapi kurang adab. Perlu di ketahui kenapa ulama-ulama
dulu belajar adab begitu lama dari pada ilmu? Karena itu menjadi hal urgent
dalam diri kita. Kita ini banyak ilmu tapi justru dengan itu semua kita tidak
pernah menghargai diri kita sebagai orang berilmu. Wajar jika kekompakan kita ini tidak ada dalam jiwa komunitas. Melakukan sesuatu
harus dengan terpaksa”
“sesuatu
yang dilakukan dengan terpaksa itu akan memiliki nilai yang tidak bagus,hasilnya
akan tidak bagus.” Tambahnya!!
Kedua
:
“kita tidak mengerti konsep jasmerah. Kita terlalu terlena
dengan dunia kita sendiri sehingga lupa bagaimana cara menghargai senior kita. Padahal
mereka yang membimbing kita, mendidik, mengarahkan kita kejalan yang baik. Saya
mengerti dan paham bahwa kalian memiliki tugas masing-masing tapi minimal tidak
sisipkan waktu untuk berkunjung. Saya tidak butuh uang untuk di berikan tapi
silaturahmi itulah yang perlu di tanamkan di komunitas ini.”
Ketiga : Rasa untuk memiliki di komunitas ini minim sekali bahkan belum ada.
Perlu pembinaan lagi. saya tidak tau apakah saya yang kurang, ketua 2D atau memang
malaikat saja yang belum memberikan peringatan bagi kita”.
Ke-empat
: kedekatan kita dengan Tuhan masih kurang. “yang
perlu kita jaga dari semua itu adalah hubungan kita dengan Allah. Bagaimana mau
baik dengan ciptaan kalau sama yang menciptakan saja sudah lupa. Ingat yah Tuhan
tidak lihat hasilmu tapi melihat prosesmu”. Tambahnya!!
Ke-lima
: “kendala dari panitia juga tapi pondasi kita yang kurang kuat. Hal itu di
sebut non teknis”
“yang mahal itu bukan uang tapi komitmen. Para penguasa sana kalau bukan komitmen yang di pegang pasti sudah bubar kalau bukan kesetiaan yang di pegang pasti tidak akan merdeka negara ini”. Tambahnya!!
Tentu
hal demikian adalah suatu catatan yang perlu di pegang bahkan harus di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jiwa konsisten dan komitmen adalah dua
hal yang perlu di tanamkan dalam pribadi. Sehingga angin sebesar apapun tidak
akan tergoyahkan dengan kekuatan itu.
Dengan
berakhirnya apa yang di sampaikan oleh pembina maka berakhirlah forum evaluasi
yang di tutup dengan istighfar sebanyak 3x dan do’a kafaratul majelis.
Astaghfirullahal adzim
Astaghfirullahal adzim
Astaghfirullahal adzim
‘SUBHAANAKALLOHUMMA
WA BIHAMDIKA, ASY-HADU ALLA ILAHA ILLA ANTA, AS-TAGH-FIRUKA WA ATUUBU ILAIK’
Wassalamu’alaikum warahmatullahi
wabatakatuh
Comments
Post a Comment